Senin, 15 Februari 2016

, , ,

Praktek sambil Belajar, Belajar sambil Praktek di KOMINFO

Pengalaman Praktek Kerja Lapangan (PKL) di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) merupakan pengalaman kedua PKL saya. Saat SMK, saya juga pernah melaksanakan kegiatan PKL di sebuah perusahaan pabrik karton milik Jepang di daerah Tangerang. Dari kedua pengalaman PKL ini, saya mengambil banyak pelajaran dan melihat beberapa perbedaan dari sebuah perusahaan profit dan sebuah kantor kementerian yang mengurusi kepentingan negara.

Saat PKL di perusahaan pabrik karton, saya menyadari bahwa setiap bagian di sebuah perusahaan dari mulai sales, customer service, marketing, produksi, dispatch, keuangan, hingga kebersihan memiliki peran yang sangat perting bagi keberlangsungan perusahaan tersebut.

Sedangkan di Kominfo, saya mengamati bahwa kantor kementerian ibarat sebuah organisasi besar yang memiliki tujuan yang ingin dicapai untuk sebuah negara. Hubungan antara menteri dan staffnya saya ibaratkan seperti organisasi di kampus. Setiap pergantian menteri akan ada perubahan tujuan atau visi misi yang berbeda, sama hal seperti pemilihan ketua umum di organisasi.

Pergantian menteri ini bisa jadi akan mengubah beberapa kebijakan yang sudah ada atau hanya sekedar melanjutkannya saja. Untuk menjalankan visi misi tersebut, menteri mengarahkan bawahannya untuk bersama mencapai hal tersebut. Menteri memberikan arahan, memantau, dan memberikan persetujuan tertentu. Nantinya setiap Biro atau Divisi akan berkoordinasi dengan menteri melalui sekretaris jenderal terkait pencapain yang sudah diraih.

Diposisikan di Pusat Kerjasama Internasional sub bidang Multilateral, saya kembali mendapat banyak pelajaran dan pengetahuan baru, terutama di bidang kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia dan dunia. Dimulai dengan Ekonomi Digital Baru, ketika kemajuan teknologi mempengaruhi perkembangan dunia bisnis dan memudahkan konsumen serta para pembisnis dalam memenuhi kebutuhannya. Telpon genggam dan internet berperan penting dalam hal ini. Banyak sekali program yang hadir dari adanya Ekonomi Digital, seperti adanya mobile wallets, e-banking, dan e-commerce.

Selanjutnya tentang Rencana Pitalebar Indonesia atau Indonesia Broadband Plan yang akan memperluas pengguna internet di perkotaan hingga di pedesaan dan pemanfaatannya dalam bidang kehidupan seperti e-Pemerintahan, e-Pendidikan, e-Kesehatan, e-Logistik, dll. Dari sini saya mengetahui bahwa Indonesia sedang dalam tahap perkembangan menuju internet yang lebih cepat lagi dan memanfaatkan internet untuk kebutuhan masyarakat.

Saya semakin bersemangat saat mendapatkan pengetahuan baru tentang Smart City dan Internet of Things (IoT) melalui sharing dengan salah satu karyawan di Multilateral. Hal ini sangat menarik karena semua benda dalam kehidupan kita nantinya akan terintegrasi dengan internet untuk mempermudah kehidupan manusia. Dengan teknologi IoT inilah negara sedang dalam tahap menuju Smart City dengan menanamkan perangkat cerdas dalam memnghubungkannya di lingkungan perkotaan dan menggunakan teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik, menciptakan peluang baru untuk bisnis, dan memperkaya kehidupan masyarakat.

Banyak hal baru tentang perkembangan TIK di dunia dan istilah-istilah baru seputar TIK yang saya dapat selama PKL di sini. Seperti Big Data yang merupakan dampak dari IoT. Ketika semua benda terhubung dengan Internet, maka benda-benda ini akan memiliki IP Address seperti halnya komputer kita dan juga akan dibutuhkan tempat yang sangat besar untuk menampung data tersebut. Maka munculnya Big Data yang mampu menampung data-data dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cepat.

Dengan pengetahuan baru yang saya peroleh ini, saya mendapat banyak bahan untuk didiskusikan dengan teman-teman saya di organisasi kampus atau hanya sekedar bercerita tentang pengalaman dengan teman-teman main saya.

Peran Kominfo

Dalam bidang pekerjaan, Kominfo sangat berperan penting bagi keberlangsungan TIK di Indonesia. Mereka mengurus Spektrum gelombang yang membuat masyarakat dapat menonton televisi, mendengarkan radio, dan mengakses internet. Mereka juga mengurus terkait nomor probabilitas yang membedakan 4 digit awal nomor pada setiap kartu provider di Indonesia dan mencegah terjadinya cyber crime.  Kominfo juga merupakan humas Indonesia yang menjembatani seluruh informasi ke masyarakat.

Kominfo melalui perwakilannya di Pusat Kerjasama Internasional (Pus KI) sub bidang Multilateral mengikuti beberapa organisasi internasional dalam bidang TIK, yaitu ITU, UPU, ETSI, dan WTO. ITU (International Telecommunicaion Union) merupakan Badan dibawah naungan PBB yang mengurus tentang telekomunikasi dunia, singkatnya ITU adalah Kominfo untuk PBB. Mereka membuat standardisasi dan kebijakan terkait TIK untuk dunia.

UPU (Universal Postal Union) juga merupakan badan di bawah PBB yang mengurus pengiriman surat dan barang dari dan ke luar negeri. UPU seperti kantor pos dunia. Indonesia saat inipun sedang mencalonkan diri untuk menjadi Anggota Dewan Administrasi (Council Administration) dan Postal Operations Council di UPU untuk tahun 2017. Selama PKL, saya dan teman saya pun mendapat kehormatan untuk mengurus surat permintaan dukungan kepada tiap menteri negara anggota UPU.

Saat menghadiri rapat untuk persiapan sidang CA dan POC, saya baru mengetahui bahwa Direktorat Pos merupakan badan di bawah naungan Kominfo, sedangkan PT Pos adalah adalah perusahaan di bawah BUMN yang berorientasi pada profit. Pus KI bersama Direktorat Pos dan PT Pos bekerja sama untuk Indonesia di UPU.

Selanjutnya ETSI (European Telecommunications Standards Institute) merupakan Organisasi independen dan non profit dalam bidang telekomunikasi di Eropa dan bertujuan untuk menyediakan jaringan komunikasi wireles di seluruh Eropa di pita frekuensi 2-11 GHz dan di negara-negara lain yang mengikuti standard ETSI. Sedangkan WTO (World Trade Organisation) adalah organisasi perdagangan dunia yang mengurus perdagangan antar negara di dunia.

Dengan keikutsertaan Indonesia di organisasi Internasional ini, tentu memberikan kontribusi besar untuk penyelengaraan bernegara. Indonesia dapat menyampaikan gagasan dan kebijakannya di dunia Internasional. Selain itu dengan kemajuan TIK di dunia, Indonesia mendapatkan informasi tentang kebijakan internasional secara langsung dan dapat mengimplementasikannya di Indonesia secara bertahap. Seperti adanya kebijakan tentang Smart City yang diselenggarakan oleh ITU dengan mengadakan forum diskusi kepada negara anggotanya.

Bisa dikatakan bahwa peran Multilateral di organisasi internasional seperti humas, yaitu menyampaikan gagasan yang dimiliki dan dikehendaki Indonesia ke dunia internasional dan menyampaikan hal-hal yang terjadi di dunia Internasional ke dalam negeri.
Continue reading Praktek sambil Belajar, Belajar sambil Praktek di KOMINFO

Selasa, 09 Februari 2016

, ,

Idealisme Mahasiswa PKM

Praktek Keterampilan Mengajar (PKM) menjadi puncak kegiatan mahasiswa program studi pendidikan di kampusku. Peralihan nama dari PPL (Praktek Pengajaran Lapangan) menjadi PKM karena berubahnya status kampus ex-IKIP menjadi Universitas. Jumlah SKS yang semula hanya 4, kini menjadi 2 SKS saja. Bila saat PPL mahasiswa setiap hari ada di sekolah, maka pada program PKM ini kami hanya menghabiskan dua-tiga hari seminggu dan sisanya mengikuti perkuliahan di kampus. 

Sebagaimana halnya tempat praktek, di sekolah, kami mempraktekkan ilmu keguruan dan ilmu yang kami pelajari selama di kampus. Membuat RPP, memberikan materi pengajaran di kelas, melakukan tugas piket, memberi nilai, membuat soal untuk ulangan, dan tugas guru lainnya.

Ketika menjadi Mahasiswa Praktek di sekolah, kami membawa idealisme tersendiri sebagai seorang guru dalam mengajar. Metode dan media apa yang ingin kamu gunakan dalam proses KBM. Apa saja masalah yang dihadapi siswa dalam belajar dan apa yang harus kami lakukan dalam memecahkan masalah tersebut. Mau seperti apa cara kami mengajar, agar membuat siswa nyaman dan semangat untuk belajar.

Sayangnya tidak semua idealisme yang kami rancang dapat terwujud. Kami masih dibatasi oleh Guru Pamong (GP) dan Kurikulum pendidikan. Dalam mengajar kami berada di bawah bimbingan GP yang terkadang menuntut kami agar siswa tetap melaksanakan tugas darinya. Sebelum mengajar kami juga dituntut untuk bisa mengajarkan siswa dari halaman sekian sampai halaman sekian. GP juga tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Mereka juga dituntut oleh kurikulum karena waktu yang terbatas tetapi masih banyak yang harus dicapai oleh siswa. Seperti materi yang harus sudah dicapai sebelum ujian tiba. 

Alhasil pendidikan kita hanya berorientasi pada ujian dan melihat hasil dari nilai ujian yang diperoleh siswa. Bukan dari proses dan makna pembelajaran yang siswa dapatkan di ruang kelas. Maka tidak heran bila masih banyak siswa yang berusaha mencontek saat ulangan agar mendapatkan nilai bagus. 

Kita memang baru bisa mengetahui bagaimana kondisi masyarakat dengan terjun langsung ke lapangan. Salah seorang siswa pernah mengeluh kepada teman saya saat sedang mengajar, dia merasa bahwa siswa di sekolah sama seperti karyawan di kantor bahkan lebih parah. Mereka berangkat lebih pagi, pulang sore dan masih harus mengikuti bimbel tetapi malamnya juga harus mengerjakan tugas. Tugas yang diberikan juga bukan hanya dari satu atau dua mata pelajaran saja. Maka tak heran bila ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran tertentu saat pelajaran lain. Mereka juga dikejar target dengan banyaknya tugas.

Ketika saya dan beberapa teman saya mengajar Bahasa Jerman di kelas, tidak sedikit siswa Kelas XI yang masih belum mengerti Bahasa Jerman yang sudah dipelajari di kelas X atau yang belum lama diajarkan. Alasannya beragam, karena mereka tidak mengerti yang telah diajarkan GP, bahasanya yang sulit dipelajari, atau karena mereka tidak menyukai Bahasa Jerman. Kalau masalahnya sudah tidak suka, kami tidak bisa memaksakan. Saya jadi teringat sekolah dalam buku Toto Chan, sekolah yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih pelajaran yang mereka sukai. Sayangnya pendidikan di Indonesia belum bisa seperti itu. 

Melihat permasalahan tersebut, kami sebagai Guru magang menjadi iba dan memiilki rasa tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan siswa setidaknya menjadi sedikit lebih baik. Kami ingin siswa bisa memahami dan menyukai Bahasa Jerman ketika kami ajarkan. Dapat menikmati proses pembelajaran dan menemukan kenyamanan dengan Bahasa Jerman. Tidak masalah mengerjakan tugas sendiri atau bersama, yang terpenting mereka bisa mengerjakan sendiri tanpa menyontek saat ulangan. 

Jauh dilubuk hati kami, kami menginginkan perubahan pendidikan atau kurikulum di Indonesia yang lebih memanusiakan manusia. Bukan hanya sekedar menjadikan siswa memiliki kemampuan untuk menjawab soal-soal ujian, lulus ujian dengan nilai tinggi, dan diterima di universitas favorit. Tetapi juga menghargai proses belajar dan makna kehidupan dari pembelajaran tersebut. memang belum banyak yang bisa kami lakukan sebagai mahasiswa, tetapi untuk mencapai itu semua kami berusaha dengan mengerahkan tenaga dan pikiran dengan memberikan materi menggunakan metode dan media yang menarik minat belajar mereka.  

Selanjutnya aku hanya bisa berharap pendidikan Indonesia bisa menjadi lebih baik dan mencetak calon pemimpin masa depan yang cerdas akhlak dan akalnya. Semoga.
Continue reading Idealisme Mahasiswa PKM
, ,

KKN dan Pergulatan Pikiran

Seringkali kita membayangkan hal-hal sulit yang akan kita hadapi begitu kita mendapatkan tugas di luar keinginan kita atau sesuatu hal yang menurut pemikiran kita itu sangat tidak mengenakkan. Padahal itu semua belum tentu terjadi. Bisa jadi itu hanyalah ketakutan yang kita buat oleh pikiran kita sendiri. Begitulah yang aku dan beberapa teman-teman mahasiswa alami saat harus menjalankan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Hampir sebagian benak mahasiswa menganggap KKN menjadi kegiatan yang akan hidup terisolasi di desa dan terlepas dari kenyamanan di kota, tempat kita bisa mendapatkan fasilitas dengan mudah. Ditambah lagi banyak sekali cerita-cerita, baik negatif ataupun positif dan nasehat-nasehat dari teman-teman yang sudah melakukan KKN yang membuat semangat kami kembang kempis mendengarnya.

Ketika kami akan memulai kegiatan ini, kami selalu bertanya-tanya pada diri sendiri atau mengeluh dengan sahabat. Haruskah kami melakukan KKN? Kenapa kami harus menjadi angkatan pertama yang mengikuti KKN? Kenapa kita tidak mengikuti pelatihan komputer saja supaya tidak repot sebulan meninggalkan rumah? Bagaimana kehidupan kami di desa tempat KKN nanti? Bagaimana dengan air untuk mandi? Apa yang bisa kita makan di sana? Dan hal lainnya tentang kenyamanan diri sendiri.

Namun sebagai sebuah kewajiban, KKN ini mau tak mau harus harus tetap dilaksanakan karena menjadi syarat wajib untuk lulus perkuliahan. Pihak Universitas pun membagi mahasiswanya menjadi banyak kelompok untuk ditempatkan di berbagai wilayah di daerah Bogor, Sukabumi, Banten, Subang, dan Purwakarta. Satu desa terdapat tiga kelompok dengan masing-masing terdiri dari 9-10 mahasiswa dari jurusan dan fakultas yang berbeda. Dengan kelompok inilah kami akan menghabiskan waktu selama 30 hari di desa untuk mengabdi.

Sebelum memulai masa KKN, setiap kelompok dipertemukan untuk saling berkenalan satu sama lain, membahas proker yang akan kami jalani selama di desa, dan kebutuhan apa saja yang harus dibawa. Agar proker kami sesuai dengan kebutuhan desa, beberapa orang dari kelompok kami telah melakukan survey ke tempat KKN.

Kegitan Dimulai
Untuk sebagian teman-teman KKN awal-awal kegiatan terasa lama dan berat. Baru saja tiba kami sudah menghitung hari-hari yang akan kami lalui di sini. Kami berangkat dan tiba di tempat KKN pada hari Kamis, 30 Juli 2015 di Desa Pinangsari, Subang. Kamis dan Jum’at menjadi hari kami untuk berkenalan dengan warga sekitar.

Di Desa Pinangsari, kelompok aku tinggal di dusun Gebangmalang. Di dusun ini tidak ada sekolah dasar, yang ada hanya Madrasah Diniyah (MD). Sekolah agama yang dilaksanakan di siang hari setelah anak-anak SD pulang sekolah. Warga di dusun ini menyekolahkan anak mereka di Sekolah Dasar di dusun Kedung Wungu, yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari Gebangmalang.

Sekolah dasar ini pun sudah menjadi proker oleh kelompok KKN lain. Alhasil agar kami bisa mengajar di sekolah formal, kami harus mengajar SD di dusun lain yang jaraknya harus ditempuh dengan sepeda motor dengan jalanan yang tidak mulus. Kami mengajar hanya dua kali seminggu dan mengatur jadwal agar sepuluh orang dari kami bisa mengajar di sekolah tersebut.

Karena di dusun kami hanya ada MD, kami rutin untuk mengajar di sana setiap senin-jumat. Sore harinya kami mengajar bimbel, membantu anak-anak untuk belajar mengerjakan PR mereka, belajar mengaji, memberi tambahan ilmu lainnya seperti bahasa inggris, jerman, ataupun tari. Setiap harinya di sore hari, rumah KKN kami selalu ramai dengan anak-anak yang ingin belajar dan bermain bersama kami.

Setiap kali keluar rumah mereka selalu menyapa kami dengan riang. Warga desa juga selalu memberi kami banyak makanan dan minuman. Keramahan mereka membuat kami menjadi orang yang sangat berarti. “Gw ga pernah merasa menjadi orang yang sangat diharapkan kaya gini sebelumnya,” ujar salah satu teman sekelompok aku yang begitu senang dipanggil oleh anak-anak.

Menjadi seorang mahasiswa yang datang dari kota, orang-orang di desa menganggap kami sebagai seorang intelektual yang serba bisa dan memiliki banyak uang. Seperti cerita temanku di dusun lain yang kedatangan ibu-ibu Qosidahan untuk diajari lagu Qosidah terbaru. Aku dan teman-teman ku juga disuruh menjadi MC, membaca sholawat, dan memimpin bacaan Yasin saat pengajian ibu-ibu tiap jumatnya. Saat acara 17 Agustus tiba, kami juga dengan senang hati menerima tawaran untuk ikut serta menjadi panitia dengan menyumbangkan tenaga, ide, dan dana.

Selama menjalani KKN, mengetahui kehidupan di desa, permasalahan dan kebutuhan orang-orang di sana, aku akhirnya mengerti arti penting dari kegiatan KKN ini. Seperti perkataan Seorang pejabat P & K yang dikutip Gunawan Mohammad dalam esainya di Catatan Pinggir 1, bahwa KKN adalah cara efektif bagi mahasiswa untuk mengetahui informasi secara langsung dari masyarakat. Kehadiran mahasiswa memang dibutuhkan untuk membantu warga di desa dari segi pendidikan untuk anak-anak mereka atau ide untuk perkembangan desa. Inilah yang disebut mengabdi, mengamalkan ilmu yang kami dapatkan dari ruang kelas perkuliahan.

Sebagai mahasiswa, kami bertekad bahwa harus ada hal-hal bermanfaat yang bisa kami tinggalkan untuk desa ini melalui proker kami. Untuk anak-anak supaya mereka bisa membaca, mengaji, bisa berbahasa asing, dan mengetahui ilmu lainnya. Untuk ibu-ibu dengan kegiatan prakarya agar dan membuat plang dan penunjuk arah di desa.

30 hari KKN yang kami bayangkan ternyata tidak seburuk yang kami pikirkan. Kami masih bisa merasakan berjalan-jalan ke pasar untuk menghilangkan penat walau hanya seminggu sekali secara bergantian. Menikmati makanan yang biasa kami temukan di rumah, melihat Alfamart dan Indomaret menjadi sebuah rasa syukur. Kami pun jadi lebih pandai bersyukur begitu mendapat kiriman makanan walau hanya satu plastik telur ayam negeri.

Aku dan teman-teman KKN yang semula tidak saling kenal pun menjadi semakin dekat, saling mengerti sikap setiap orang dan saling memahami. Walau masih banyak keunekan yang akhirnya kami simpan sendiri karena khawatir kedekatan kami menjadi luntur atau sekalipun diucapkan akan menjadi tak berarti. Tak ada perubahan.

Banyak cerita dan kenangan yang akhirnya kami bawa pulang ke rumah. Celoteh dan tingkah laku anak-anak. Cinta lokasi yang terjadi. Kehangatan warga desa yang membuat kami ingin datang kembali lagi jika ada waktu. Hingga rasa bangga karena proker yang sudah kami laksanakan. Menumbuhkan kembali Qosidah di Dusun Gebangmalang yang mati suri setelah 20 tahun, mengadakan prakarya kain flanel untuk ibu-ibu, ikut berpartisipasi untuk lomba agustusan di desa maupun dusun, membuat plang jalan, dan mengajarkan ilmu-ilmu untuk anak-anak di desa.

You’ll never know until you try. Dari pengalaman ini, aku belajar, daripada terlalu banyak berpikir dan menerka apa yang akan terjadi, lebih baik jalani dan lakukan saja dengan baik. Begitu!
Continue reading KKN dan Pergulatan Pikiran
, , ,

Kuliah Kayak Liburan 3

TRIP TO MALANG DAY 3

Tiba di Probolinggo kami langsung merasakan dinginnya tempat ini melebihi puncak. Keluar dari bis kami langsung menuju penginapan dan disambut oleh pedagang yang berjualan syal dan sarung tangan. Seakan mereka tahu bahwa kami kedinginan dan pastinya mereka tahu bahwa dini hari nanti kami akan pergi menuju Bromo.

Dinginnya malam membuat kami tidak kuat menyentuh air, tapi harus kami lakukan untuk bersih bersih sebelum tidur. Lalu mengumpulkan tenaga untuk bisa meningmati Sunrise Bromo.

Jam 3 dini hari kami sudah dibangunkan untuk bersiap menuju Bromo. Kami dikumpulkan di depan penginapan untuk diberikan arahan. Kami menggunakan mobil Jeep untuk bisa tiba di sana. Berangkat di saat langit masih gelap dan jalanan yang kelok. Jalanan yang berkelok ini sukses membuat sebagian temanku pusing dan tidak lagi mau naik Jeep jika ingin pergi ke Bromo lagi.

Perjalanan yang kami tempuh menuju Taman Nasional Bromo dari penginapan lebih dari satu Jam. selama perjalanan kami sempat berbincang dengan sopir Jeep kami tentang Gunung Bromo dan warga yang tinggal di sekitar Gunung Bromo. Warga yang tinggal di daerah Gunung Bromo ini adalah Suku Tengger. Suku yang diambil dari Nama Nenek Moyang mereka bernama Rara Anteng dan Joko Seger. Karena iklim di Bromo sangat dingin yang membuat mereka banyak beranak pinak dan anak-anak mereka inilah yang disebut Suku Tengger (anTENG dan seGer).
Mayoritas Suku Tengger beragama Hindu. DI setiap rumah yang kami lewati, banyak dari mereka yang memiliki mobil Jeep. Mobil Jeep menjadi ladang pencarian nafkah mereka untuk memudahkan wisatawan menuju Taman Nasional Bromo dari penginapan.s

Sayangnya kami tiba di Bromo saat hujan turun, sambil menunggu waktu yang tepat untuk melihat Sunrise, kami menikmati gorengan dan teh anget atau kopi di warung. Begitu waktu sudah tiba kami langsung diarahkan menuju Pananjakan, tempat untuk melihat Sunrise. Rupanya sudah banyak sekali orang yang menunggu Sunrise Bromo. Semua tempat duduk tidak ada yang tersisa, sehingga kami harus berdiri dari jauh atau berusaha mendekat dengan pagar.

Sambil menunggu mata hari terbit, kami sempat berkenalan dengan Wisatawan Asing yang juga sedang menunggu dekat dengan kami. Kami juga berfoto satu angkatan menggunakan banner. Aksi kami ini sempat menarik para wisatawan lain yang ada di sana dan mereka juga ikut mengabadikan kami dalam kamera mereka, terutama turis asing yang datang bersama keluarga.

Ternyata hari ini belum menjadi rejeki kami untuk melihat Sunrise Bromo. Karena cuaca yang mendung, kami hanya bisa melihat Bromo diselimuti kabut. Tidak ada matahari yang terbit. Dosen aku pernah bercerita bahwa temannya sudah mengunjungi Bromo hingga lima kali tetapi baru bisa menikmati Bromo dua kali. Semoga lain kali kami bisa menikmati Bromo dengan teman-teman lagi atau dengan orang terkasih mereka.

Akhirnya kami beranjak dari Pananjakan menuju tempat lain untuk melihat keindahan Taman Nasional Bromo. Selama perjalanan, matahari akhirnya muncul memberikan cahaya untuk melihat keindahan Taman Nasional ini. Mumpung kami masih berada ‘di atas’, kami pun meminta sopir jeep untuk berhenti karena ingin mengabadikan momen ini dengan berfoto-foto. Rupanya banyak juga wisatawan pengguna jeep yang berhenti di pinggir jalan.

Puas berfoto-foto kami lanjut menuju Taman Nasional Bromo. Begitu tiba kami tidak menyangka ternyata jalanan yang kami lalui adalah jalanan yang kami lihat dari atas saat berhenti untuk berfoto-foto. Setelah mobil diparkir, kami berkumpul diberikan arahan untuk mendaki Gunung Bromo. Kamipun sepakat untuk tidak menaiki kuda agar kecepatan kami saat naik dan turun sama.

Aku mendaki Gunung Bromo bersama temanku yang saat table manner sempat collapse karena sakit mag. Awalnya aku berjalan bersama teman-teman yang lain, tapi di perjalanan jadi hanya kami berdua. Kami pun naik paling akhir.

Entahlah apakah kata mendaki sebenarnya cocok untuk Gunung Bromo atau tidak, yang pasti untuk bisa berada di puncak Bromo, terdapat tangga yang memudahkan kita. Ada mitos, ketika kita menghitung tangga saat naik, jumlah hitungannya akan berbeda dengan teman kita. Hal itu pun terbukti, terlepas dari kebenaran mitos tersebut benar atau tidak.

Baru beberapa lama kami tiba di puncak, teman-teman seangkatanku sudah banyak yang tiba lebih lama. Bahkan mereka sempat berfoto bersama dengan Bule dari Jerman karena mereka membaca tulisan “Deutschabteilung” dari jaket yang kami kenakan. Sayang sekali aku tidak bisa merasakan momen. Akhirnya beberapa dari mereka pun turun lebih dulu. Aku dan yang lainnya masih ingin menikmati pemandangan di Gunung Bromo.

Begitu sampai di puncak, pemandangan yang kami dapatkan terbayarkan. Kami bisa melihat tempat parkir Jeep. Tempat kami mulai berjalan yang tampak begitu kecil. Rasanya perjalanan kami dari parkiran hingg ke puncak tidak terasa melihat betapa kecilnya tempat itu. Kami pun jadi menyadari betapa indahnya ciptaan Allah ini dan betapa kecilnya kami sebagai makhluk.

Sayangnya di pinggiran dalam Puncak Gunung Bromo, tempat di mana kita melihat asap belerang, terdapat banyak sampah dari wisatawan. Tentu ini merusak nilai keindahan tempat ini akibat perilaku tidak bertanggung jawab wisatawan yang datang.

Puas berada di puncak, membuat kami lupa dengan waktu dan harus turun untuk menikmati perjalanan di Taman Nasional ini. Dengan Mobil Jeep kami di ajak ke Pasir Berbisik. Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Tempat ini hanya penuh dengan pasir hitam dan pernah menjadi lokasi syuting film Pasir Berbisik.
Masih dengan mobil Jeep selanjutnya kami diajak menuju Blok Savana atau yang dikenal dengan Bukit Teletubbies. Blok ini dinamakan Bukit Teletubbies hanya karena bukit-bukit di sekitar blok ini mirip dengan bukit yang di Teletubbies. Terlepas dari namanya. Blok Savana memiliki keindahan bukit padang rumput yang menakjubkan. Walaupun ada beberapa rumput-rumput yang terbakar, tetapi tidak mengurangi keindahan blok ini.


Kami pun puas mengabadikan keindahan Taman Nasional Bromo dengan kamera kami dan menikmati pemandangan indah dan awan-awan yang menemani perjalan kami di sini. Keindahan Taman Nasional Bromo membuat kami tidak ingin kembali ke Jakarta. Rasanya kami masih ingin menikmati keindahan ini dan merekam dengan jelas dalam memori kami. Betapa Indonesia memiliki keindahan alam yang luar biasa.

Sekali lagi keindahan Taman Nasional Bromo membuat kami lupa bahwa kami harus segera kembali ke hotel karena harus menuju Surabaya untuk berkeliling dan menuju stasiun untuk pulang ke Jakarta. akhirnya setelah menikmati segala keindahan Taman Nasional Bromo, kami pun pulang kembali dengan Jeep kami.

Sebenarnya perjalanan dengan Jeep menjadi pengalaman menyenangkan tersendiri buatku. Melihat sopir Jeep yang kebut-kebutan dan melihat mobil Jeep di depan kami membuatku merasa seperti berada di Film Action yang sedang mengejar penjahat. Semburan pasir dari roda dan jalanan yang naik turun semakin membuat imajinasiku melayang-layang serasa syuting Film Hollywood. Walaupun Jeep kami nyaris saja menabrak jurang setelah turun dari Pananjakan karena paha sopir kami tersudut abu rokok yang ia hisap. Beruntung, sang sopir bergerak cepat membanting stir ke arah berlawanan. Alhamdulillah Allah menolong kami.


Kami tiba di penginapan pukul 12. Dari jadwal yang sudah ditentukan harusnya kami tiba di penginapan pukul 9. Kami pun harus bergegas cepat untuk bersiap-siap menuju tempat makan siang dan menuju Surabaya.

Perjalanan ke Surabaya menjadi perjalanan terakhir yang aku nantikan karena aku berharap bisa berkeliling kota Surabaya dan bisa bertemu dengan temanku yang aku kenal saat lomba KTI di Makasaar. Sayangnya kami tiba sore hari di Surabaya dan tidak punya waktu banyak untuk berkeliling. Karena masih hari kerja, macet di kota Surabaya tidak dapat dihindari. Kamipun hanya bisa melihat patung Ikan Suro (hiu) dan Boyo (buaya) yang menjadi landmark kota ini dari dalam bis sambil berlalu.

Kami tiba di Stasiun Pasar Turi sekitar pukul 7 dan kereta kami dijadwalkan akan berangkat pukul 8. Kami menggunakan kereta Eksekutif Argo Anggrek Malam. Karena perjalanan naik kereta ke luar kota merupakan hal yang pertama buatku, naik kereta eksekutif juga menjadi hal baru. Kereta Eksekutif mirip seperti di pesawat. Kursinya jauh lebih nyaman ketimbang naik kereta Ekonomi AC saat kami berangkat menuju malang. kursi yang empuk, tempat yang luas, mendapat fasilitas bantal dan selimut, bahkan toiletnya pun jauh lebih baik karena selalu ada OB yang akan selalu membersihkan setiap kali ada penumpang selesai menggunakan toilet.
Untunglah sebelum sampai di Stasiun Pasar Turi kami telah mengisi perut kami di Restoran dengan makanan yang lezat. begitu kereta kami berangkat, kami langsung terlelap tidur hingga kami sudah tiba di Jakarta dalam waktu 9 jam.

KKL kami pun berakhir dan meninggalkan kenangan dalam benak kami masing-masing. Baik dan buruk yang terjadi selama kegiatan ini akan menjadi kenangan bahwa kami pernah melewati masa-masa ini bersama. KKL di semester 6 menjadi kegiatan yang mempersatukan kami dan menjadi perjalanan bersama sebelum kami semua sibuk dengan kegiatan KKN, PKM, dan skripsi kami nanti. 

Baca Juga:
Continue reading Kuliah Kayak Liburan 3
, , ,

Kuliah Kayak Liburan 2

TRIP TO MALANG DAY 2

Hari kedua KKL, seusai santap sarapan di hotel, kami berangkat menuju Selekta yang berada di kota Batu untuk berwisata petik Apel. Selekta adalah Puncaknya Kota Malang. Sepanjang perjalanan kami melakukan guiding kembali, namun dibuka terlebih dahulu oleh pihak travel.

Begitu tiba di Selekta, untuk mencapai perkebunan apel kami harus menaiki angkot fasilitas dari tempat wisata karena perjalanan yang masih cukup jauh dan tidak bisa dilalui bis. Sesampainya kami di perkebunan, kami diberikan satu kantong kresek besar dan satu gelas minuman sari apel.

Perkebunan wisata petik apel merupakan kerja sama dari para petani apel. Jadi setiap musimnya selalu digilir di kebun siapa wisata petik apel akan dilaksanakan. Biaya masuk kebun ini hanya sekitar Rp 10.000 dan kami bebas memakan apel di dalam perkebunan sepuasnya. Tapi jika ingin membawa pulang kami harus membayar sesuai dengan berat kilonya. Makanya kami diberikan satu kresek kantong plastik.

Ketika melakukan wisata ini, dalam benak saya tampilan perkebunannya seperti di mekar sari. Kebunnya membentang dengan luas. Tapi ternyata kebun yang kami dapatkan bentuknya seperti perkebunan teh yang berbentuk terasering. Ditambah lagi jalanan yang basah karena habis hujan membuat kami harus ektra berhati-hati saat naik turun di perkebunan karena aku sendiri telah menjadi korban karena terpleset di kebun ini.
Walaupun begitu kami menikamti apel sambil berfoto bersama. Bentuk-bentuk apel yang menggairahkan rupanya menggoda kami untuk tetap membawa mereka pulang di dalam kantong kresek yang kami pegang. Lucunya buah apel malang yang berwarna merah sangat masam tetapi buah apel hijau yang masih kecil justru rasanya manis.

Setelah puas menikmati apel di Selekta. Kami meneruskan perjalanan menuju wisata berikutnya di Kota Batu, yaitu Museum Angkut. Di lingkungan ini banyak sekali tempat wisata yang berdekatan. Sebelum tiba di Museum Angkut, kami berfoto terlebih dahulu di depan Museum Satwa. Kami tidak menjadikan Museum Satwa ke dalam destinasi kami karena katanya ini hanya seperti kebun binatang dan harga yang diberikan pihak travel cukup membuat biaya KKL kami menjadi lebih mahal. Tetapi pihak travel memberikan kami alternatif dengan bernarsis di depan Museum ini.
Tanpa waktu lama akhirnya kami tiba di Museum Angkut. Museum ini terhitung merupakan museum baru. Museum ini baru dibuka pada tanggal 9 Maret 2014 dan merupakan museum pertama di Asia Tenggara yang menggunakan tema Kendaraan dan memiliki luas sekitar 3,8 ha. Museum ini dibuka dari pukul 12 siang hingga pukul 8 malam. Jika kita ingin membawa Kamera berupa DSLR, Polaroid, atau Camdig, kita harus menambah biaya sebesar Rp 30.000/kamera.

Begitu memasukin museum ini kita akan disuguhkan dengan beraneka macam kendaraan dari berbagai negara dan dari berbagai zaman seperti kereta kuda hingga mobil modern, seperti Forsche. Mulanya saya pikir Museum Angkut sama seperti museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah, ternyata saya salah besar. Museum Angkut yang terdiri atas delapan zona yang akan membuat kita betah berlama-lama di sini dan membuat kita ingin terus menelusuri tempat yang keren ini.

Zona pertama yang kita masukin tadi adalah Hall Utama. Jika kita terus berjalan menapaki tangga atau menggunakan lift kita akan tiba di lantai dua, kita akan tiba di zona edukasi. Di zona ini kita akan mendapatkan banyak informasi seputar perkembangan kendaraan di Indonesia dan Negara lain.

Di zona ketiga membuat perjalanan kita semakin menarik karena kita disuguhkan dengan Zona Sunda Kelapa dan Batavia, yang menghidupkan suasana kota Jakarta tempo dulu. Suasana di Stasiun Kota, daerah pecinan, hingga pesisir kota Jakarta. Museum Angkut tetap menampilkan berbagai jenis kendaraan sesuai zamannya. Tema-tema yang disesuaikan dengan tempatnya membuat kita terkesima hingga lupa kalau sebenarnya ini dalah museum yang menampilkan berbagai jenis kendaraan.

Setelah meninggalkan Zona Sunda Kelapa dan Batavia, kita akan diajak ‘terbang’ menuju zona keempat, yaitu Zona Gangster Town dan Broadway. Suasana yang disuguhkan benar-benar membuat kita merasa bukan berada di Malang, tetapi berada di Amerika Serikat. Zona ini menunjukkan keadaan Gangster Town dan Broadway tahun 1970. Setiap kendaraan yang ditampilkan juga memiliki cerita yang disesuaikan dengan kejadian yang terjadi di masanya dan terdapat jenis kendaraan profesi seperti polisi, pemadam kebakaran, atau sebuah bioskop.

Setelah berkeliling Amerika, kita akan berjalan-jalan mengelilingi kota-kota besar di Eropa pada zona kelima. Di sini mereka menampilkan kendaraan-kendaraan dari kota-kota terkenal di Eropa seperti Italia, Inggris, Prancis, dan Jerman. Tidak lupa, mereka tetap membuat suasana di museum ini benar-benar seperti di Eropa dengan berbagai landmark terkenal di masing-masing kota. Seperti miniatur Menara Eiffel, Tembok Berlin, atau hanya berupa lukisa Menara Pisa.

Museum Angkut semakin membuat kita takjub begitu memasuki Zona  Buckingham Palace. Sebelum memasuki zona ini terdapat taman yang bisa kita jadikan tempat untuk beristiharat sambil tempat bernarsis dengan kamera kita. Seperti sedang menunggu Ratu Elizabeth dari luar. Tapi kita tidak perlu menunggu karena kita bisa masuk ke dalam ‘istana’ bahkan duduk dan berfoto bersebelahan dengan (Patung) Ratu Elizabeth. Terlepas dari keindahan desain tempat ini, banyak sekali kendaraan-kendaraan keren yang diproduksi Inggris, seperti Blackburn, Triumph, Matchless, Royal Enfield, Raligh, Fillir, Francis Barnett, Austin, Mini Cooper, Rolls Royce, und LandRover.

Zona berikutnya kita akan diantarkan menuju Zona Las Vegas dan terdapat patung Liberti di sini. Terakhir kita akan memasuki zona outdoor, yaitu Zona Hollywood.  Di sini banyak kendaraan yang terdapat di Film Hollywood, patung-patung aktor-aktor terkenal dan bahkan gambar tulisan Hollywood.

Setelah puas berkeliling negara di Museum Angkut, kita akan diantarkan kembali ke Indonesia menggunakan kereta dan tiba di Stasiun Jakarta. Koridor pintu keluar dibuat seakan kita sedang berada di kereta. Banyak gambar pemandangan kota jakarta yang dibuat seolah-olah bergerak.

Rasa puas memenuhi jiwa ketika mengunjungi Museum Angkut ini dan rasanya ingin bisa mengunjunginya lagi. Tapi perjalanan kami di kota Batu masih berlanjut.

Batu Night Spectacular (BNS) menjadi tujuan terakhir kami di hari kedua ini. BNS bisa dibilang seperti Pasar Malam atau mungkin Dufan berskala kecil. Banyak permainan di sini seperti Ontang-anting, permainan yang memacu adrenalin, sepeda udara, rumah hantu, bom bom car, bioskop 4D, dan lampion. 

Pihak travel hanya membelikan kami tiket masuk.  Untuk bisa menikmati permainan kami harus berbayar di setiap jenis permainan yang kami pilih. Harganya mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 30.000. Uangku pun habis di sini untuk menikmati berbagai wahana. Seperti ontang-anting, mega mix yang memutar-mutarkan badan kita, dan sepeda. Aku suka wahana ekstrim, karena rencana ke dufan kemarin sempat gagal, maka aku puas-puaskan di sini. Tetapi tetap saja aku sempat kagok dan panik ketika mengendarain Sepeda Udara. Beruntung ada temanku yang menemani, walalupun dia sempet ikut panik gara-gara aku.

Di dalam BNS juga terdapat semacam pasar yang menjual berbagai pernak-pernik khas Batu. Ada juga food court dan ada panggung yang biasa dijadikan untuk pagelaran seni untuk penggunjung yang makan di sana.

Berjalanan hari kedua pun berakhir setelah menikmati makan malam di Inggil Resto. Resto ini memberikan bernuasa Jawa khas. Ada gamelan dan pernak-pernik khas pewayangan. Kebetulan sekali ketika kami ke sini sedang ada acara kumpul dari komunitas Kecap Bango.

Selanjutnya kami meneruskan perjalanan menuju Probolinggo untuk bisa menikmati wisata Sunrise di Bromo.


Baca Juga:

Continue reading Kuliah Kayak Liburan 2
, ,

Kuliah Kayak Liburan 1

Sekarang sudah 2016  tapi masih banyak pengalaman berharga yang terjadi di tahun 2015 yang belum saya tulis dan diterbitkan di blog ini. Walaupun terlalu telat untuk memposting tulisan, saya rasa ga ada salahnya daripada tidak sama sekali. 

Sekarang saya akan menceritakan terlebih dahulu pengalaman KKL saya dengan teman-teman Jurusan ke kota Malang.

19 April 2015 menjadi hari yang paling dinantikan oleh Mahasiswa Jurusan Bahasa Jerman 2012. Hari ini adalah hari kami sebagai mahasiswa akan melaksanakan Kuliah Kayak Liburan. Ups, maksudnya Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kota yang menjadi destinasi KKL kami adalah Kota Apelnya Indonesia, yaitu Kota Malang dan selanjutnya Bromo di Probolinggo, lalu mampir ke Surabaya sebagai tempat pengantar kami pulang kembali ke Jakarta.

KKL adalah kelanjutan dari Mata Kuliah Deutsch für den Tourismus, Bahasa Jerman untuk Pariwisata di Jurusan Kami. Point terpenting dalam  KKL ini adalah guieding  tempat-tempat pariwisata yang akan kami kunjungin. Kami akan menjadi tour leader yang telah ditentukan pembagian tempatnya saat rapat KKL. Ditambah dengan Table Manner di hotel berbintang lima.

Tetapi yang menjadi point terpenting kami sebagai mahasiswa adalah jalan-jalan. Hingga saya sendiri yang diamanahkan menjadi ketua KKL, sempat memberi saran untuk menghapus kunjungan ke universitas di daerah malang karena tidak mau rugi menghabiskan uang untuk biaya KKL ini. Pada akhirnya ada sedikit rasa penyesalan karena tidak melakukan study banding ini. Tapi that was not a big deal, just enjoyed the travel.

Mari kita mulai cerita perjalanan KKL kami.....

Sesuai dengan jadwal yang diberikan pihak Travel pukul 16.30 kami sudah berkumpul di Stasiun Senen untuk keberangkatan menggunakan kereta Majapahit Ekonomi AC menuju Malang pukul 18.30. Kereta pun berangkat tepat waktu. Perjalanan menggunakan kereta ini ke luar kota merupakan pengalaman pertama saya. Maklum saja kampung halaman saya berada di luar pulau Jawa.

Bisa dibilang Kereta Api Ekonomi AC Majapahit adalah kereta api sekelas bisnis. Tempat duduknya 4-4 dan jarak antar tempat duduk cukup luas. Kursinya pun lebih empuk dan AC-nya juga lebih dingin dibanding kereta api ekonomi biasa. Karena rombongan kami berjumlah 47 orang, kami duduk di satu gerbong bersama beberapa penumpang lainnya. 

Kami memulai perjalanan kami dengan makan malam dan beberapa dari kami ada yang memilih sholat terlebih dahulu di dalam kereta. Selama perjalanan kami pun sibuk berfoto-foto ria dan bercengkrama satu sama lain. Jika jenuh kami pun berkeliling kereta. Ke depan dan ke belakang untuk menghilangkan rasa pegal karena terlalu lama duduk sambil melihat isi gerbong kereta.

Ketika kantuk tiba, kami tidur dengan berbagai posisi. Karena bangku-bangku di kereta banyak yang kosong, banyak dari kami yang memilih tidur di kursi lain atau di gerbong lain. Memilih untuk tidur satu kursi satu orang agar kami bisa tidur dengan memanjangkan badan.

Karena perjalanan kami dilakukan di malam hari, kami hanya bisa melihat pemandangan di daerah jawa timur ketika matahari telah menyingsing. Keindahan hijau sawah mulai mewarnai perjalanan kereta kami yang sebelumnya gelap oleh malam. Begitu pagi tiba kami pun bersih-bersih untuk sekedar mencuci muka dan menyikat gigi. Tidak ada yang mau mandi di toilet kereta kecuali satu teman kami. Bahkan dia bisa keramas di toilet kereta.

Di tiket kereta direncanakan bahwa kami akan tiba pukul 09.55, tapi sayangnya kereta kami baru sampai di Stasiun Malang Kota Lama pukul 10.30, karena kami berhenti di banyak stasiun .

TRIP TO MALANG DAY 1

Begitu tiba di Kota Malang, kami langsung digiring makan siang di Restaurant Ocean di dekat stasiun. Cukup jalan beberapa meter kami bisa langsung mengisi perut lapar kami. Kami pun disambut dengan hidangan yang luar biasa. Banyak lauk dan sayur yang terhidang dan tandas oleh perut kami.

Kami tidak bisa terlalu lama bersantai-santai di Restaurant karena kami dikejar dengan agenda yang padat di hari pertama ini. Destinasi pertama yang akan kami kunjungin hari ini adalah Pantai Balekambang yang membutuhkan perjalanan kurang lebih 2 jam. Malamnya kami harus mengejar waktu untuk Tabel Manner  di Hotel Singgasari.

Perjalanan menuju Pantai Balekambang, menandai dimulainya tugas KKL kami sebagai tour guide. Guiding terlebih dahulu dipimpin oleh pihak travel lalu dilanjutkan dengan kami menggunakan bahasa Jerman. Beruntungnya saya juga mendapat giliran guieding hari ini untuk menjelaskan tentang Daya Tarik Pantai Balekambang, selebihnya saya bisa santai menikmati perjalanan. 

Tidak  mudah untuk sampai di Pantai Balekambang. Menurut pihak Travel, akses jalanan menuju pantai di kota Malang terbilang cukup sulit. Jalanan yang tidak begitu lebar memaksa kami untuk menggunakan bus kecil berkapasitas sekitar 25 orang agar mudah dilalui, sehingga kami harus membagi angkatan kami yang sudah sedikit jumlahnya menjadi lebih kecil lagi. Jalanannya juga berkelok dan berundak-undak. Beruntungnya perjalanan kami dihibur dengan pemandangan indah di sekeliling berupa ilalang, perkebunan tebu, dan sawah.

Namun akses perjalanan yang sulit ini terbayar sudah dengan keindahan Pantai Balekambang. Karena Pantai Balekambang masih berada di garis pantai selatan, ombaknya pun sangat kencang dan besar. Kami seakan disambut oleh ombak yang berdatangan ketika tiba. Kami sampai tepat pukul 2 siang dan kami pun segera berkumpul untuk berfoto bersama. Kami hanya diberi waktu selama satu jam untuk menikmati keindahan pantai. Begitu foto bersama selesai, kami pun langsung berpencar untuk lebih dekat lagi dengan pantai.

Pantai Balekambang yang memiliki luas 2 KM ini memiliki tiga pulau batu karang, yaitu Pulau Ismoyo, Pulau Wisanggeni, dan Pulau Anoman. Pulau Wisanggeni dan Pulau Ismoyo dihubungkan dengan jembatan sepanjang 100 M. Di Pulau Ismoyo terdapat Pura Hindu bernama Pura Amerta Jati. Terdapatnya Pura di pantai ini membuatnya mirip seperti pantai di Tanah Lot, Bali. Hanya saja tidak adanya jembatan yang membuat pantai tersebut berbeda. Berfoto di sini pun sukses membuat teman-teman saya menyangka, saya sedang berlibur di Bali. Sayangnya kami tidak bisa menikmati sunset di pantai ini karena harus segera menuju hotel. Padahal waktu terbaik menikmati keindahan pantai ini adalah sore hari, ketika bisa melihat siluet dari Pura Amerti Jaya.

Kami pun langsung bergegas menuju hotel tempat penginapan kami. Kami tiba pukul 19.00 dan harus segera berhias diri dalam waktu 30 menit untuk table manner di hotel bintang lima Hotel Singgasari. Waktu ngaret tidak bisa dihindari, kami semua baru bersiap pukul 20.00 dan baru berangkat menuju hotel Singgasari yang tidak jauh jaraknya dari tempat penginapan kami.

Sebelum melakukan table manner, sebelumnya kami diberi materi terlebih dahulu seputar table manner. Materinya tidak jauh berbeda dengan yang kami dapat dari perkuliahan, hanya saja di sini lebih lengkap dan bisa melihat langsung berbagai bentuk gelas, cara memegangnya, dan cara makan yang benar sesuai gaya Eropa tau Amerika.

Selama materi diberikan, perut kami sudah keroncongan menanti makanan yang akan menjadi bahan praktek kami. Kami baru bisa menikmati hidangan pembuka sekitar pukul 10 malam. Makanan pembuka kami sangat unik, bagi kami orang udik yang tidak pernah menikmati makan seperti ini. makanan pembuka kami adalah salad ikan dori yang diberi alas rengginang. Kami semua bingung cara memakan rengginang dengan pisau dan garpu. Alhasil di ruangan bunyi klentang klentong suara pisau dan piring terbentur karena susah memotong rengginang. Padahal sebenarnya kami bisa memakan rengginag tersebut dengan tangan, sayangnya kami tidak tahu.

Makanan pembuka selesai, kami dihidangkan sup mushroom. Aku tak menyangka tampilannya seperti bubur kacang hijau ketan hitam yang gelap tapi rasanya sungguh bukan seleraku. Walaupun sudah berusaha untuk menghabiskannya tetap saja aku tak sanggup.

Selanjutnya adalah makanan utama, yaitu ayam bakar tanpa tulang dengan ubi ungu sebagai asupan karbohidrat. Tidak ada rasanya. Kombinasi inipun kami anggap aneh. Makan ayam dengan ubi. Beruntung hidangan penutup menjadi makanan terenak selama table manner. Hidangan penutupnya berupa coklat yang dibalur crepes dan beberapa coklat batang. Ini favorit aku banget.

Sayangnya selama table manner berlangsung ada beberapa temanku yang tumbang karena telat makan. Maklum terkahir kali kami mengisi perut adalah saat tiba di malang pukul 11 dan baru makan lagi pukul 10 malam. Karena terlalu capek dan banyak temanku yang sakit, akhirnya agenda berkeliling melihat kamar hotel terpaksa dibatalkan. Kamipun segera bergegas menuju hotel tempat kami menginap dan bersiap untuk perjalanan hari kedua kami ke Kota Batu.

Baca Juga:
Kuliah Kayak Liburan 2 
Kuliah Kayak Liburan 3

Continue reading Kuliah Kayak Liburan 1