Minggu, 27 Maret 2011

Cerpen: Kalau Berusaha Pasti Bisa

“Aduh, kok nilai ulangan semester gue turun lagi sih? Yah, peringkat gue tahun ini pasti turun” keluh diriku setelah menerima hasil ulangan semester matematika yang dengan jelas tertera angka 5,7 yang baru saja dibagikan oleh Rahma. Ini berarti aku harus ikut remedial. Hampir semua nilai ulangan ku semester ini turun, walaupun ada sebagian nilai yang meningkat dan pas-pasan.

 Akhir-akhir ini semangat belajarku memang kendur dan aku kurang berkonsentrasi saat belajar, terutama pelajaran matematika. Mungkin karena materinya yang cukup sulit dan saat pelajaran berlangsung aku tidak memperhatikan guru matematikaku mengajar karena aku sibuk bermain handphone. Mungkin sebenarnya guru matematikaku, Ibu Imel, dengan khas logat jawanya yang kental itu mengetahui bahwa aku dan beberapa teman ku tidak memperhatikan beliau saat mengajar. namun, beliau tetap terus mangajar tanpa peduli apakah seluruh muridnya memperhatikannya atau tidak.

kelasku pun saat ini dipenuhi dengan suara riuh teman-teman ku yang saling bertanya tentang menilai ulangan masing-masing. salah satu teman sekelasku yang wajib ditanya setiap mendapat ulangan adalah Rafli. dia adalah juara kelas. sejak kelas tujuh, aku selalu satu kelas dengannya dan dia selalu me ndapat peringkat satu, bahkan dia mendapat juara umum di sekolah.

" Rafli, nilai ualangan matematika kamu berapa?" tanya mona menghampiri Rafli yang sedang duduk di tempatnya

"nilai matematika aku kecil nih, Mon." jawab Rafli


"Ah, bohong kamu, Raf. mana mungkin nilai ulangn matematika kamu kecil. kamu kan jagonya matematika." kata Mona tidak percaya.

"wah, nilai ulangan Rafli dapat 9." teriak Nina dari tempat duduknya yang bersebelahan dengan tempat dudukku

"Masya Allah, Rafli. menurut kamu nilai 9 itu kecil?!" sengit Mona.

"iya, target gue kan dapet 10. itu salahnya cuma di minus aja. nyesel banget gue"

"bersyukur ajasih dapat nilai 9, temen-temen kamu aja masih ada yang harus ikut perbaikan nilai."

antara kesal dan iri aku mendengar percakapan mereka . kesal karena begitu angkuhnya Rafli yang menganggap nilai 9 itu kecil dan iri karena aku hanya mendapat nilai 5,7 dan harus ikut perbaikan nilai. ini semua memang karena salahku sendiri karena kualitas belajar ku yang menurun, kurang berkonsentrasi, dan terlena dengan handphone.

"Zaskia, nilai ulangn kamu berapa?" tanya Fina datang menghampiri aku yang masih duduk dejak mendapatkan hasil ulangan matematika.

"nilai ulangan aku 5,7, fin. kamu berapa?"

"kalau nilai ulangan aku 3,9. aku ikut remedial deh." jawab Fina kecewa


"aku juga, Fin" kataku prihatin dengan nilai ulangan yang kami dapatkan.

***

Pagi ini aku berangkat ke sekolah bersama Mama untuk mengambil hasil rapot semester ganjil di kelas 8A. setibanya aku di sekolah, lapangan sekolah ku dipenuhi oleh mobil dan motor milik para orang tua murid. kursi-kursi di kelasku pun yang biasanya ditempati oleh teman-teman ku, kini diduduki oleh para orang tua murid yang menanti pembagian rapot semester ganjil anak-anak mereka. sedangkan, para siswa menanti di luar kelas dan mengintip di sisi pintu atau jemdela untuk mendengar pengumuman peringkat 10 besar.

wali kelasku, Ibu Rida memulai pembagian rapot dengan menyapa para orang rua murid yang ada di kelas dan dilanjutkan dengan pengumuman peringkat 10 besar. peringkat dibacakan dari peringkat 10 sampai peringkat 1.

"peringkat 10 ditempati oleh Dina Rahayu Putri  dengan jumlah nilai 3209. peringkat 9 ditempati olehzadkia Ramadhiana dengan kumlah nilai 3239 ..." Ibu Imel membaca catatan yang ada di atas meja.

Rasa kecewaku timbul setelah mendengar namaku disebut di peringkat 9 dari luar kelas. aku turun 6 peringkat dari peringkat 3 semester genap lalu saat aku kelas 7. semua ini memang ulahku, karena kualitas belajarku yang menurun dan lebih banyak bermain handphone daripada belajar. memang benar apa kata pepatah bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita usahakan. karena usaha belajarku yang kurang maksimal, maka aku mendapat peringkat 9. teman sekelasku pun saling bertatapan heran dengan hasil peringkat yang aku dapatkan, mungkin mereka tidak percaya bahwa aku mendapat peringkat 9.

"tenang, Ki. kamu masih dalam peringkat 10 besar kok" batinku menenangkan pikiranku.

"Dan peringkat pertama ditempati oleh Muhammad Rafli dengan jumlah nilai 3578. sekian pengumuman peringkat 1 sampai 10 yang saya telah bacakan. bapak dan ibu dapat mengambil rapot anak bapak/ibu  sesuai absen yang akan saya panggil" tutup Ibu Rida

"Selamat ya Rafli , kamu peringkat 1 lagi" kata Rahma memberikan selamat kepada Rafli yang berdiri di sisi pintu kelas

"terima kasih Rahma. kamu juga selamat ya dapat peringkat 3" sambut Rafli

"wah, rafli peringkat 1 lagi ya. bakalan dapet traktiran nih" candaku pada Rafli dan dia hanya tertawa kecil saja.

diam-diam aku iri pada Rahma karena telah merebut posisi peringkat 3 yang aku tempati semester lalu.

"Zaskia, kamu dapat peringkat berapa?" tanya Cika dengan menepuk punggungku dari belakang.
"aku peringkat 9, Ka. kamu berapa?"
"wah, peringkat kamu turun ya,  Ki. aku berlum tau nih. kan aku baru datang." jawab Cika ambil tersenyum.

Aku masih kecewa dengan perolehan peringkat yang aku dapatkan. Rasanya terlalu jauh peringkatku turun. Tapi, kali ini aku bertekad dalam hati bahwa semester berikutnya aku harus bisa meningkatkan kualitas belajarku, memperbaiki nilai-nilai, dan merebut kembali peringkat 3 dari Rahma. aku kurang yakin dapat merebut peringkat 1 atau 2 dari Rafli atau Tika, karena mereka berdua selalu nisa mempertahankan peringkat mereka.   tapi aku pikir, tidak ada yang tidak mungkin selama kau berusaha semaksimal mungkin. aku pasti bisa meraih prestasi cemerlang di semester berikutnya.

***
Sambil duduk di depan meja belajarku , aku mulai belajar untuk ulangan semester genap kenaikan kelas selama seminggu ke depan dengan penuh semangat. Setelah selesai membaca novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, semangat belajarku seakan berkobar.

Aku jadi ingat oleh salah satu isi novel yang menceritakan ketika kyai Rais menyampaikan wejangannya di depan para santri Pondok Madani, yaitu "Pasang niat kuat , berusaha keras, dan berdoa khusyuk lambat laun apa yang kalian inginkan akan tercapai. Ini sunatullah. hukum alam." Kurang lebih seperti itu yang diceritakan dalam novel inspiratif tersebut.

Yang membuat aku ermotivasi untuk belajar. Jantung ku seakan berdetak cepat dan aliran darahku berdesir hebat setiap kali ada sesuatu yang dapat memotivasi diriku. semester ini aku memang ingin sukses dan aku akan lakukan tiga hal yang Kyai Rais sampai kan kepada santri di Pondok mdani seperti dalam novel tersebut.

"pokoknya kali ini aku harus belajar giat dan harus bisa menemapti peringkat 3 besar." kataku dengan semangat menggebu.

aku pasang niat kuat untuk nelajar malam ini. handphoneku pun aku swutch off karena aku tidak mau diganggu selama aku m belajar untuk ulangan semester genap ini. kali ini aku memang harus berusaha keras agar aku bisa mendapatkan apa yag aku mau. sambil belajar aku pahami juga semua materi agar berguna untuk kehidupanku bukan hanya untuk ulangan semester saja.

***

aku duduk di kursi depan kelas bersama teman-teman sekelasku. dari sini aku dapat melihat ke arah kelas untuk menantikan pengumuman peringkat 10 besar yang akan diumumkan oleh Ibu Imel di hadapan orang tua murid untuk pengbagian rapot kenaikan kelas 9 ini. 

Seperti biasa Ibu Rida akan mengumumkan peringkat dari 10 ke atas. kali ini aku tidak mendengar namaku disebut saat beliau mengumumkan siapa yang menempati peringkat 9. Perasaanku sedikit lega karena aku pikir aku tidak lagi menempati peringkat 9, mungkin peringkatku akan naik. tapi makin lama aku makin cemas karena ketika Ibu Rida tidak menyebut namaku saat beliau di peringkat 3 melainkan Tika. aku malah berpikir kalau aku justru tidak mendapat peringkat 10 besar semester ini. Tapi aku tidak yakin juga karena selama semster genap ini aku sudah berusaha belajar maksimal.

"Peringkat 2 ditempati oleh Muhammad Rafli dengan jumlah nilai 3890." sontak  semua teman-temanku dan aku pun kaget mendengar  Rafli mendapat peringkat 2. Selama ini dia selalu bisa mempertahankan peringkatnya dan nilainya sejauh ini baik-baik saja. Aku lihat Rafli yang tidak jauh berdiri di temapt aku duduk dengan wajahnya yang kecewa. Aku pun semakin penasaran siapa yang mendpatkan peringkat 1 dan berhasil meruntuhkan benteng pertahanannya di peringkat 1.

"Dan kali ini yang menempati peringkat pertama adalah Zaskia Ramadhiana dengan jumlah nilai 3882." Aku langsung berdiri dari tempat dudukku antara gembira dan senang setelah mendengar bahwa aku mendapat pringkat pertama. Aku tidak menyangka bahwa akulah orang yang berhasil meruntuhkan benteng pertahanan Rafli. Aku senang karena usahaku selama seminggu ini untuk ulangan semester genap terbayar lunas dengan peringkat 1.

Aemua temanku memberikan aku selamat dan Rafli juga. Walaupun aku masih bisa melihat raut kekecewaan di wajahnya. Tapi biarlah, aku harus bersyukur dengan hasil yang aku dapat saat ini.

Terkadang apa yang kita pikirkan bahwa kita tidak akan mungkin bisa meraih sesuatu, tapi jika kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh  sesuatu yang tidak mungkin itu pasti akan menjadi mungkin dan kegagalan di masa sebelumnya bisa kita jadikan pelajaran untuk meniti kesuksesan di masa depan.

3 komentar:

  1. assalamua'laikum wr.wb..
    alhamdulillah ka, terimakasih atas kisah inspirasi nya.
    aku menjadi semangat untuk belajar.
    tapi , pada waktu smester ganjil skarang, aku cemas. apakah aku dapat mempertahankan peringkatku atau tidak.
    aku kelas 9 mts skrang. kalau lihat temen2 aku , mereka semangat sekali belajar nya, ingin mengejar peringkat yg kemarin kecil.
    skali lagi terimakasih ka, semoga cerita ini banyak yg baca dan termotivasi ..amin
    wassalamualaikum wr.wb

    BalasHapus
  2. terimakasih atas ceritanya keren..
    Sama dengan apa yg saya alami sekarang

    BalasHapus