Minggu, 28 September 2014

,

Resensi Buku “Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir” : Sambil Berjalan Sambil Bercerita

Konflik antara Israel dan Palestina hingga saat ini belum menemukan titik temu. Perebutan batas wilayah yang dilakukan Israel untuk merebut Jalur Gaza masih terus juga dilakukan. Sebaliknya Palestina tidak tinggal diam. Mereka juga melakukan serangan balasan untuk membela hak tempat tinggal mereka.

Pertempuran yang terjadi dalam perebutan wilayah di Jerusalem ini tentu menjadi perhatian semua masyrakat dunia. Bukan hanya karena masalah kemanusiaan yang telah menelan banyak korban jiwa dan berbagai kerusakan lainnya, tetapi juga karena masalah agama yang menjadi persoalan kedua belah pihak.

Permasalahan dalam konflik yang terus berlarut membuat kita penasaran, apa sebenarnya keistimewaan Jerusalem hingga diperebutkan oleh kedua agama ini. Terutama bagi mereka yang memang belum mengetahui keistimewaannya, entah dari latar sejarah, agama ataupun politik. Maka, melalui buku “Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir” karya Trias Kuncahyono ini, kita bisa mengetahui itu semua.

Dimulai dengan cerita masa kecilnya, Trias menceritakan bagaimana ibu dan ayahnya mengenalkannya pada Jerusalem. Membangun rasa cinta dan impian untuk bisa berkunjung ke kota ini. Ibunya menceritakan lewat buku dan ayahnya menyampaikan melalui lukisan kota-kota di Jerusalem. Semua itu ia paparkan dengan pengalamannya saat mendapatkan kesempatan untuk berkunjung meliput kota ini.

Tidak mudah rupanya untuk memasuki Jerusalem yang secara militer dikuasai oleh Israel. Ketika berangkat dengan Pesawat Al El milik maskapai penerbangan Israel dan tiba di bandara Bon di Tel Aviv, ia diberondong berbagai pertanyaan untuk proses keamanan.

Untuk sampai ke Kota Jerusalem, Trias harus melewati beberapa kota penting yang sarat akan sejarah. Dalam perjalanannya inilah ia menceritakan kondisi di setiap kota yang ia singgahi dan mengkaitkannya dengan sejarah dari sudut pandang dirinya sebagai seorang kristiani.

Begitu memasuki Kota Lama Jerusalem, Trias sangat detail dalam menjelaskan bagian-bagian yang terdapat di dalam kota ini. Keindahan arsitektur kuno dan sejarah sejak masa sebelum masehi begitu terasa saat ia menginjakkan kaki di tempat ini.

Kota Lama Jerusalem rupanya dikelilingi tembok sepanjang empat kilometer dan setinggi 12 meter. Di setiap temboknya terdapat delapan gerbang yang dibangun sejak abad kedua dan menjadi pintu masuk ke di setiap wilayah di Jerusalem dan salah satu pintu gerbang ini menghubungkan kota Jerusalem dengan kota Damaskus.  

Jerusalem sendiri terbagi atas 4 wilayah. Wilayah Muslim, Kristen, Yahudi, dan Armenia. Pembagian wilayah ini bukan berarti wilayah tersebut diisi oleh penduduk yang menganut agama sesuai dengan nama wilayahnya. Justru Gereja Makam Kristus berada di Wilayah Muslim, begitu juga denganj alan yang dilalui Yesus ketika harus memanggul salib hingga ke Bukit Golgota.

Hal yang membuat Jerusalem begitu berharga adalah banyaknya simbol tiga agama samawi yang berada di sini. Gereja Makam Kristus yang merupakan tempat penyaliban dan makam Yesus Kristus menjadi tempat peziarahan kaum kristiani. Tembok Ratapan atau yang saat ini disebut dengan Tembok Barat menjadi tempat ibadah kaum Yahudi. Serta Masjidil Aqsa dan Dome of Rock yang menjadi simbol bagi umat islam.

Trias menceritakan sejarah Jerusalem sejak zaman sebelum masehi. Dari mulai masalah bangsa Yahudi pada zaman Babilonia, zaman para nabi,  Perang Salib yang terjadi pada tahun 1096, hingga pertikaian politik yang terus berlangsung hingga saat ini. Walaupun tidak dijelaskan secara rinci, namun ia tetap menceritakan bagian terpenting dari sejarah kota ini.

Ia juga menjelaskan secara objektif bagaimana istimewanya Jerusalem bagi umat Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalil dalam kitab suci ataupun pendapat para petinggi dari masing-masing agama dikemukakan pula dalam perkuat keistimewaan tersebut.

Bagi Yahudi, keistimewaan Jerusalem merupakan warisan dari para leluhur mereka sejak dibangunnya Kenizah Allah sejak zaman Nabi Daud. Maka mereka berniat untuk berebut kembali Jerusalem. Sedangkan bagi umat Kristiani, Jerusalem begitu berarti karena merupakan tempat di mana Yesus hidup dalam menyampaikan ajarannya. Bagi Islam sendiri, Jerusalem adalah kota tersuci setelah Mekkah dan Madinah. Tempat Nabi Muhammad SAW melaksanakan perjalanan Isra dan Mi’raj. Dari perjalanan inilah umat islam memperoleh perintah untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu.

Itulah keistimewaan Jerusalem bagi tiga agama ini. Perdamaian dan pergolakan dalam perebutan kota ini silih berganti terus terjadi. Sejak sebelum zaman Perang Salib bahkan hingga usainya Perang 6 hari yang melahirkan negara Israel, konflik itu belum juga berujung pada perdamaian yang sejati.

Berbagai kesepakatan dan resolusi untuk menghentikan konflik sudah juga dilakukan oleh PBB, tapi belum juga menuai hasil. Dalam memandang hal ini, secara tegas Trias mengkritik sikap PBB yang lebih memihak kepada Israel.Terlihat dari segi bahasa yang digunakan dalam pembuatan resolusi oleh PBB ataupun perlakuan PBB dalam menghadapi sikap bebal Israel yang tak mau menurut dalam setiap perjanjian dan resolusi yang telah dibuat dan disepakati.


Lalu kapankah konflik antara Israel dan Palestina akan berakhir? Sehingga kedamaian di Timur-Tengah ini bisa terpancar ke penjuru dunia. Agar tidak ada lagi dentuman bunyi bom, tangisan bayi, hancurnya rumah-rumah penduduk ataupun darah yang bercucuran.

0 komentar:

Posting Komentar