Senin, 11 April 2016

, , , ,

Bersilaturahmi dan Keliling Kota Cirebon

Mendapat kesempatan ke luar kota mewakili Organisasi kampus mejadi kesempatan pertama saya. Jika sebelumnya saya mewakili kampus untuk lomba LKTI, maka kali ini saya mewakili Unit Kegiatan Kampus saya dalam rangka temu regional ILP2MI Se-Jawa Barat, Banten, dan Jakarta. ILP2MI merupakan singkatan Ikatan Lembaga Penalaran dan P Mahasiswa Indonesia.
Yang menjadi tuan rumah dalam pertemuan regional ini adalah Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) di Cirebon. Walaupun mungkin Cirebon rasanya tidak terlalu jauh dari Jakarta dan saya juga harus merogoh koceng dari kantong sendiri, semangat melancong ke luar kota Jakarta tetap terpacu.
Sebenarnya saya sudah didemisioner dari kepengurusan organisasi saya. Namun berhubung BPH dan pengurus lainnya sedang melaksanakan Rapat Kerja untuk kepengurusan baru, akhirnya saya, teman saya Bayu, Mantan Ketua yang baru saja lengser, dan satu pengurus yang diberi mandat oleh ketua baru berangkat mewakili LKM.
Dengan Kereta Api Ekonomi seharga Rp 75.000, saya berangkat menuju Cirebon tidak hanya bersama dua teman saya itu, tetapi juga dengan teman dari UKM lain yang juga berada di ranah penalaran yaitu KPM UNJ. Kami berangkat dengan kereta yang sama tapi berbeda gerbong. Butuh waktu sekitar 4 jam perjalanan untuk tiba di stasiun Cirebon Prujankan.
Setibanya di Cirebon, kami menunggu untuk dijemput oleh teman-teman Unswagati. Begitu jemputan tiba kami pun langsung berangkat dengan motor menuju kampus III Unswagati. Selama perjalanan kami ditemani oleh panas sinar matahari yang menyengat. Panasnya sama seperti di Jakarta atau mungkin sedikit lebih panas?
Di beberapa sudut kota Cirebon, saya merasa seperti melewati daerah kota Bandung di daerah Konferensi Asia Afrika. Jalanannya yang cukup lengang dan lebar dikelilingi bangunan seperti pertokoan dengan nuansa tempo dulu. Pertokoan ini sayangnya banyak yang tutup, tapi saya juga kurang yakin kalau itu memang toko. Saya tidak sempat menanyakan hal ini pada teman yang menjemput saya. Hal unik lainnya, di setiap bangunan pemerintahan di kota Cirebon ini, bentuk pagarnya menyerupai bangunan candi.
Pertemuan ILP2MI
Kami tiba di kampus Unswagati sekitar pukul 12.00. Sudah ada teman-teman dari UNPAD yang datang. Kami juga disambut baik oleh teman-teman Unswagati. Awalnya saya khawatir saya akan menjadi wanita paling cantik dipertemuan ini karena menjadi tamu satu-satunya yang perempuan. Beruntung panitia dari teman-teman Unswagati banyak yang perempuan dan ada satu teman perempuan dari Tras Untirta yang menyusul belakangan. Mereka semua sangat ramah dan menjamu kami dengan baik. Mereka juga langsung menemani saya berbincang, ketika para lelaki sudah asyik dengan perbincangan mereka.
Saya sangat terkesan dengan keramahan teman-teman panitia, mereka sangat ramah dan mudah akrab dengan saya. Saya langsung teringat dengan Ketua Baru LKM yang berasal dari Cirebon. Bisa dibilang mereka semua hampir mirip dengan Ayu, walaupun tidak bisa dijadikan sebuah streotip. Pada intinya saya senang berkenalan dengan mereka.
Yang membuat saya semakin senang adalah terkabulnya doa saya untuk mendapatkan teman baru. Dalam perjalanan menuju Cirebon saya berdoa dalam hati agar bisa mendapat teman yang dekat seperti saya mendapatkan Arma, teman baru di Unhas yang masih akrab hingga kini. Nama teman baru saya di Cirebon ini adalah Icha. Dia orangnya sangat heboh, tapi kehebohannya membuat saya cepat sekali akrab dengannya. Bahkan hingga kepulangan saya ke jakarta kami terus berkomunikasi selama satu minggu tanpa putus. Isi perbincangan kami adalah hal-hal konyol yang membuat saya tidak mau berhenti berkomunikasi dengannya.
Saat diajak ikut acara ini oleh Bayu, saya punya ekpektasi berlebih dengan acara ini. Mungkin karena pengalaman LKTI di Makassar, yang dihadiri oleh banyak kampus. Karena acara ini hanya tingkat regional, perwakilan kampus yang datang hanya sekitar lima unit dari yang seharusnya ada tujuh unit. Begitu saya menyadari hal ini saya sedikit kecewa di awal acara karena saya berharap bisa mengenal lebih banyak lagi teman baru.
Inti diadakannya acara ini adalah untuk silaturahmi dan mengetahui kegiatan penalaran seperti apa yang dilakukan oleh teman-teman di ILP2MI Regional II, menyampiakan laporan hasil rapat tingkat nasional, dan juga untuk membahas kegiatan rutin di Regional II.
Untuk saling mengenal satu sama lain, kita memulai dengan presentasi kegiatan masing-masing unit. Unit pertama yang memperkenalkan diri adalah LKM yang diwakili oleh saya dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Ternyata banyak pertanyaan yang diberikan oleh teman-teman Reg II. Saya tidak menyangka mereka antusias dan penasaran dengan LKM. Mood saya mulai naik.
Presentasi selanjutnya juga tidak kalah seru. Dari semua kegiatan yang dipaparkan teman-teman Reg II. Saya jadi membandingkan LKM dengan Organisasi sejenis di kampus lain. LKM memang sudah banting stir untuk tidak fokus pada karya tulis, tapi lebih ke arah sosial humaniora tanpa melupakan ranah penalarannya. LKM punya kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan mereka. Melalui presentasi ini kita jadi saling belajar satu sama lain bagaimana mereka belajar dan mengatasi masalah dalam pengembangan diri maupun dari segi organisasi.
Acara ini semakin menarik ketika kami mulai berdiskusi untuk menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan Reg II. Pendapat, sanggahan, masukan atas semua ide dipaparkan di sini, membuat malam di Cirebon semakin asik setelah perut sudah terisi dengan makan “lesehan”. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengadakan diskusi via Whatsapp selama dua minggu sekali mulai April ini. Sekaligus membuat buletin yang berisi esai yang tebit selama 3 bulan sekali.
Explore Cirebon
Field Trip. Mungkin ini yang menjadi tujuan utama mahasiswa “gratisan” ke luar kota, entah dari acara LKTI atau seperti kumpul Organisasi ini. Jalan-jalan keliling cirebon dan menikmati kuliner khasnya menjadi hal yang saya tunggu di hari kedua di sini.
Pagi hari di Cirebon, teman-teman Unswagati sudah menyiapkan saya dan Zahra dari Tras Untirta Nasi Lengko untuk sarapan. Nasi Lengko ini adalah makanan khas Cirebon yang isinya adalah nasi putih dengan toge dan tempe yang diberi kecap serta taburan daun. Kalau dilihat dari tampilannya mungkin mirip seperti makan nasi rames. Tapi rasanya tidak menyecewakan. Perpaduan rasa kecap dan segarnya toge membuat nasi ini teresa enak.
Siang harinya setelah sholat dzuhur kami berangkat menuju Goa Sunyaragi yang tidak jauh dari Kampus III Unswagati. Kami pergi ke sana bergantian dengan motor yang dijemput bergiliran oleh panitia. Biaya masuk tempat wisata ini sebesar Rp 10.000 untuk hari minggu. Disediakan payung untuk berteduh dari panasnya matahari di pintu masuk.
Jangan pernah berharap Goa Sunyaragi seperti Goa Pindul di Yogyakarta yang bisa kita eksplore goa itu dari dalam. Goa Sunyaragi ini dari kejauhan tidak mirip seperti Gua. Tapi lebih mirip seperti taman yang mempunyai banyak tumpukan batu karang yang ada di taman rumah yang biasanya ada air turun menuju kolam. Namun kalau kita telusuri lebih dalam lagi, goa ini terdiri dari banyak goa.
Begitu masuk tempat wisata ini, kita akan disambut oleh panggung dan kursi penonton yang menghadap ke panggung seperti sebuah panggung teater. Teater ini pada malam minggu biasanya diadakan acara kebudayaan.
Untuk bisa menjelajahi Goa Sunyaragi, teman-teman Unswagati yang luar biasa baiknya menyewakan tour guide untuk kami yang penasaran tentang Goa ini.
Di dekat Goa ada sebuah danau bernama danau Jati kecil yang berfungsi untuk mengairi Goa-goa di sini, sehingga membuat goa seolah-olah terapung. Air-air ini nantinya akan ditampung di Goa pesanggrahan dan diteruskan menuju irigasi pertanian.
Dari namanya sendiri Sunyaragi berasal dari dua kata, yaitu Sunya berarti sunyi dan ragi berarti raga. Jadi fungsi goa ini selain untuk beristirahat dan tempat bermain para penghuni keraton juga berfungsi sebagai tempat meditasi.
Bila kita berjalan ke arah kanan setelah melewati pintu masuk, kita akan melihat ada sebuah rumah di sana. Rupanya rumah ini dibangun untuk para putra-putri keraton yang ingin beristirahat jika hendak bermain ke taman sari. Rumah ini sudah dipugar beberapa kali. Terakhir kali dipugar pada tahun 2014 atas permintaan Sultan.
Goa Sunyaragi sendiri dibangun sejak tahun 1884. Sedangkan rumah tempat beristirahat ini dibangun 2 Abad setelahnya yaitu sekitar 1977. Ketika kami berteduh di rumah ini, ada anak-anak kecil yang sedang belajar tari tradisional menggunakan topeng. Begitu masuk ke rumah ini, kita tidak akan melihat banyaknya ruangan seperti rumah. Tetapi kita akan disuguhkan dengan pemandangan kolam dan pepohonan yang teduh.
Ketika berkeliling Goa Sunyaragi, kita akan tahu makna Goa yang dibangun di sini. Menurut saya goa ini bisa dibilang seperti kompleks goa karena goa yang dibangun terpisah-pisah dan memiliki namanya masing-masing. Kebanyakan bangunan Goa ini dihiasi dengan banyaknya batu karang dan membentuk sebuah karakter tertentu, seperti gambar gajah dan manusia. Padahal Cirebon terletak di daerah Pantai Utara yang pantainya lebih banyak mengandung pasir, sedangkan Pantai selatan memiliki banyak batu karang.
Di sekeliling goa terdapat kolam yang mengairi di bawahnya. Hal lain yang membuat Sunyaragi tampak indah adalah taman-taman di sekelilingnya. Pepohonan yang teduh hanya ada di pinggiran taman, sehingga kita harus bisa tahan dengan terik matahari siang jika ingin berkeliling taman ini. Beruntung pihak tempat wisata menyediakan payung di pintu masuk secara gratis.
Karena Goa Sunyaragi merupakan warisan budaya dan agama sejak berabad-abad silam, masih banyak mitos dan legenda yang menyelimuti goa ini. Di antaranya yang saya ingat adalah mitos memegang salah satu batu karang di Goa Peteng. Katanya jika perempuan yang masih perawan memang batu itu, akan lama mendapatkan jodoh. Sayangnya saya baru mendenger mitos itu dari tour guide setelah saya melewati batu itu. Saya pun tidak menyadari apakah saya telah memegangnya atau tidak. Tapi apapun itu saya serahkan semua pada Allah yang mengatur jodoh manusia.
Sekilas melihat bangunan goa dari luar, mungkin kita akan berpikir bahwa gao itu tidak ada ruangan atau tempat untuk dijelajahi. Ternyata Goa-goa itu bisa dimasuki dan memiliki beberapa anak tangga yang akan menghubungkan kita ke bangunan goa lainnya.
Legenda lainnya adalah ada goa yang bernama goa cina dan mekkah. Ada cerita panjang dibalik goa ini. Di goa ini adalah goa telepati yang memeliki dua lubang. Di sebelah kanan adalah goa telepati yang dapat menembus Mekkah dan sebelah kiri menembus Tiongkok. Dulu jika ingin berada dalam goa ini kita tidak boleh berdua atau genap, tetapi harus ganjil. Jika kita berdua atau berempat, katanya satu orang akan hilang. Karena sempat ada kejadian seperti itu, maka goa ini kesaktiannya ditutupi agar tidak memakan korban.
Selesai mengelilingi Goa Sunyaragi. Kami diajak teman-teman Unswagati menuju Keraton Cirebon sambil menikmati Empal Gentong. Sayangnya karena waktu kami tidak banyak dan harus mengejar kereta jam 4 sore. Kami hanya bisa menikmati Empal Gentong dan hanya melihat Kekeratonan dari luar. Saya tidak terlalu kecewa karena yang terpenting untuk saya saat itu adalah menikmati Empal Gentong khas Cirebon untuk pertama kalinya. Hanya saja Empal Gentong yang sama makan isinya lebih banyak jeroan dibanding daging.
Saya melaksanakan sholat dzuhur di masjid raya di cirebon dekat kompleks kekeratonan yang memiliki keunikan saat sholat Jum’at. Ada 5 microphone menggantung di depan mimbar. Masjid ini setiap jum’at mengumandangkan adzan dengan lima mu’adzin bersamaan. Arsitektur masjid ini juga masih sangat tradisioal dengan menggunakan bangunan kayu. Tempatnya teduh dan nyaman.
Puas mengelilingi kota Cirebon, saya berharap bisa bermain lagi ke sini dan mengeksplor lebih banyak tempat serta bertemu kembali dengan teman-teman Unswagati. Saya juga senang melihat cagar budaya yang masih dirawat untuk kebutuhan pariwisata. Kesan saya dengan cirebon adalah panasnya kota ini tidak menyurutkan keramahan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar