Saat ini kita hidup dalam dunia teknologi
yang terus berkembang cepat. Perkembangan
teknologi ini mampu membuat cara kita bersosialisasi dengan orang lain ikut berkembang. Kita bisa
bersosialisasi dengan orang-orang di luar batas wilayah kita. Tak pelak perubahan teknologi ini juga mengubah cara hidup kita.
Perubahan hidup akibat teknologi inilah yang coba
digambarkan oleh Okky Madasari dalam novel Kerumunan Terakhir melalui tokoh Jayanegara. Jayanegara adalah
seorang pemuda anak dari bapak seorang professor dan ibunya seorang guru madrasah.
Sayangnya bapaknya yang seorang professor tidak menjadikan dirinya sepintar bapaknya.
Kepergian ibunya dari rumah
akibat bapaknya yang selingkuh dengan perempuan lain membuat Jayanegara sangat
membenci bapaknya. Hingga akhirnya ia pergi ke Jakarta meninggalkan kuliahnya
untuk menyusul pacarnya bernama Maera yang sudah lebih dulu tinggal di sana
untuk bekerja. Saat tinggal bersama Maera, ia mengajarkan Jayanegara cara
membuat email dan menyuruhnya untuk mencari lowongan pekerjaan di Internet. (hlm. 79)
Di internet Jayanegara tidak
hanya sekedar mencari lowongan pekerjaan. Ia mulai menemukan dan memasuki berbagai
macam kerumunan-kerumunan seperti grup mailing list dan Facebook
yang membuatnya betah duduk berlama-lama untuk menikmati hidup di
dunia barunya. Memasuki dunia baru ini Jayanegara lahir sebagai sosok baru dan
menamai dirinya dengan Matajaya. Ia pun tidak membiarkan orang-orang yang
mengenalnya di dunia nyata mengetahui identitasnya sebagai Matajaya termasuk
Maera. (hlm. 94)
Dengan nama Matajaya, ia menulis kisah hidupnya, kisah Simbah, dan kisah Ibu Bapaknya. Tentu
tidak semua cerita tersebut sesuai dengan keadaan Matajaya yang
sebenarnya. Ia ramu lagi jalan ceritanya sesuai dengan keinginannya. Ia menambahkan yang ia mau dan ia kurangi yang
tidak perlu. Dari cerita tersebut, Matajaya yang seorang pengangguran mampu
didengar dan selalu dinantikan oleh orang-orang di dunia baru (hlm. 119). “Di
dunia baru kamu bisa punya nama baru, kamu bisa menjadi seseorang yang baru, siapa
pun yang kamu mau,” ujar Matajaya (hlm 237).
Matajaya memanfaatkan dunia baru ini sebagai ajang untuk melakukan balas
dendam kepada bapaknya, yaitu Sukendar. Semula ia bercerita kepada orang-orang
tentang bapaknya tanpa menyebutkan nama, tetapi hanya gelar professornya saja.
Setelah bertemu dengan Kara, teman yang ia kenal dari dunia baru, mereka
kemudian bekerja sama untuk menjatuhkan Sukendar. Sayangnya Matajaya harus
mendekap di penjara beberapa hari karena pencemaran nama baik, walaupun
akhirnya ia dibebaskan dengan bantuan bapaknya. (hlm. 316)
Kehidupan di media sosial yang dilakukan oleh Matajaya digambarkan Okky
Madasari seperti aktivitas di kehidupan nyata. Bagaimana Matajaya
berjalan-jalan dan saling sapa dengan orang-orang di kerumunan dunia baru.
Bagaimana ia naik ke podium untuk menceritakan kisah-kisah hidupnya di depan
orang banyak. (hlm 108)
Dalam novel Kerumunan Terakhir, Okky berusaha memberikan kritik sosial tentang
perilaku kebanyakan manusia karena hadirnya teknologi berupa media sosial. Kita
yang semakin dekat dengan orang-orang asing yang tidak kita ketahui sebelumnya. Kita yang ikut mencaci
seseorang hanya karena semua orang mencacinya. Banyaknya orang yang haus akan
perhatian, ingin dikenal, ingin disukai, dan ingin memiliki banyak pengikut. (hlm
172)
Okky juga mengkritik melalui karakter para tokoh atau kejadian yang mereka
alami. Seperti karakter Maera yang selalu berorientasi pada masa depan dan
selalu mengikuti zaman. Sayangnya justru pemikiran Maera ini terkesan sempit
karena menurutnya masa depan hanyalah lulus kuliah dan bekerja. Ia selalu
berusaha mengejar masa depannya untuk cepat lulus, mendapat pekerjaan di
Jakarta, dan menjadi wartawan. Hingga ketika ia sudah menggapai masa depannya,
ia merasa lelah dengan rutinitas pekerjaan yang sudah dijalankannya (hlm 148).
Lewat tokoh Juwi, adik Jayanegara yang masih SMP, kita akan menyadari bahwa
di dunia baru yang tanpa batas ini segala sesuatu yang kita sebar akan diketahui
masyarakat umum dengan cepat. Ketika itu Juwi bercerita dan menyebarkan foto teman
sekelasnya yang disabet oleh guru di Internet. Juwi tidak menyangka ceritanya
itu akan menjadi berita besar dan membuatnya harus bolak-balik ke kantor polisi
untuk diinterogasi (hlm 178).
Akhirnya novel Kerumunan Terakhir mengingatkan kita tentang dahsyatnya
pengaruh media sosial terhadap perubahan sikap kita dan juga dampaknya
berkelanjutannya di dunia nyata bila kita tidak menggunakannya secara bijak.
Judul
|
: Kerumunan Terakhir
|
Penulis
|
: Okky Madasari
|
Penerbit
|
: Gramedia Pustaka Utama
|
Terbit
|
: Cetakan kelima, Juni 2015
|
Tebal
|
: 357 Halaman
|
ISBN
|
: 978-602-03-2543-9
|
0 komentar:
Posting Komentar