Rabu, 16 November 2016

,

Resensi Kerumunan Terakhir: Kritik Sosial untuk Pengguna Media Sosial


Saat ini kita hidup dalam dunia teknologi yang terus berkembang cepat. Perkembangan teknologi ini mampu membuat cara kita bersosialisasi dengan orang lain ikut berkembang. Kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang di luar batas wilayah kita. Tak pelak perubahan teknologi ini juga mengubah cara hidup kita.

Perubahan hidup akibat teknologi inilah yang coba digambarkan oleh Okky Madasari dalam novel Kerumunan Terakhir melalui tokoh Jayanegara. Jayanegara adalah seorang pemuda anak dari bapak seorang professor dan ibunya seorang guru madrasah. Sayangnya bapaknya yang seorang professor tidak menjadikan dirinya sepintar bapaknya.

Kepergian ibunya dari rumah akibat bapaknya yang selingkuh dengan perempuan lain membuat Jayanegara sangat membenci bapaknya. Hingga akhirnya ia pergi ke Jakarta meninggalkan kuliahnya untuk menyusul pacarnya bernama Maera yang sudah lebih dulu tinggal di sana untuk bekerja. Saat tinggal bersama Maera, ia mengajarkan Jayanegara cara membuat email dan menyuruhnya untuk mencari lowongan pekerjaan di Internet. (hlm. 79)

Di internet Jayanegara tidak hanya sekedar mencari lowongan pekerjaan. Ia mulai menemukan dan memasuki berbagai macam kerumunan-kerumunan seperti grup mailing list dan Facebook yang membuatnya betah duduk berlama-lama untuk menikmati hidup di dunia barunya. Memasuki dunia baru ini Jayanegara lahir sebagai sosok baru dan menamai dirinya dengan Matajaya. Ia pun tidak membiarkan orang-orang yang mengenalnya di dunia nyata mengetahui identitasnya sebagai Matajaya termasuk Maera. (hlm. 94)

Dengan nama Matajaya, ia menulis kisah hidupnya, kisah Simbah, dan kisah Ibu Bapaknya. Tentu tidak semua cerita tersebut sesuai dengan keadaan Matajaya yang sebenarnya. Ia ramu lagi jalan ceritanya sesuai dengan keinginannya. Ia menambahkan yang ia mau dan ia kurangi yang tidak perlu. Dari cerita tersebut, Matajaya yang seorang pengangguran mampu didengar dan selalu dinantikan oleh orang-orang di dunia baru (hlm. 119). “Di dunia baru kamu bisa punya nama baru, kamu bisa menjadi seseorang yang baru, siapa pun yang kamu mau,” ujar Matajaya (hlm 237).

Matajaya memanfaatkan dunia baru ini sebagai ajang untuk melakukan balas dendam kepada bapaknya, yaitu Sukendar. Semula ia bercerita kepada orang-orang tentang bapaknya tanpa menyebutkan nama, tetapi hanya gelar professornya saja. Setelah bertemu dengan Kara, teman yang ia kenal dari dunia baru, mereka kemudian bekerja sama untuk menjatuhkan Sukendar. Sayangnya Matajaya harus mendekap di penjara beberapa hari karena pencemaran nama baik, walaupun akhirnya ia dibebaskan dengan bantuan bapaknya. (hlm. 316)

Kehidupan di media sosial yang dilakukan oleh Matajaya digambarkan Okky Madasari seperti aktivitas di kehidupan nyata. Bagaimana Matajaya berjalan-jalan dan saling sapa dengan orang-orang di kerumunan dunia baru. Bagaimana ia naik ke podium untuk menceritakan kisah-kisah hidupnya di depan orang banyak. (hlm 108)

Dalam novel Kerumunan Terakhir, Okky berusaha memberikan kritik sosial tentang perilaku kebanyakan manusia karena hadirnya teknologi berupa media sosial. Kita yang semakin dekat dengan orang-orang asing yang tidak kita ketahui sebelumnya. Kita yang ikut mencaci seseorang hanya karena semua orang mencacinya. Banyaknya orang yang haus akan perhatian, ingin dikenal, ingin disukai, dan ingin memiliki banyak pengikut. (hlm 172)

Okky juga mengkritik melalui karakter para tokoh atau kejadian yang mereka alami. Seperti karakter Maera yang selalu berorientasi pada masa depan dan selalu mengikuti zaman. Sayangnya justru pemikiran Maera ini terkesan sempit karena menurutnya masa depan hanyalah lulus kuliah dan bekerja. Ia selalu berusaha mengejar masa depannya untuk cepat lulus, mendapat pekerjaan di Jakarta, dan menjadi wartawan. Hingga ketika ia sudah menggapai masa depannya, ia merasa lelah dengan rutinitas pekerjaan yang sudah dijalankannya (hlm 148).

Lewat tokoh Juwi, adik Jayanegara yang masih SMP, kita akan menyadari bahwa di dunia baru yang tanpa batas ini segala sesuatu yang kita sebar akan diketahui masyarakat umum dengan cepat. Ketika itu Juwi bercerita dan menyebarkan foto teman sekelasnya yang disabet oleh guru di Internet. Juwi tidak menyangka ceritanya itu akan menjadi berita besar dan membuatnya harus bolak-balik ke kantor polisi untuk diinterogasi (hlm 178).

Akhirnya novel Kerumunan Terakhir mengingatkan kita tentang dahsyatnya pengaruh media sosial terhadap perubahan sikap kita dan juga dampaknya berkelanjutannya di dunia nyata bila kita tidak menggunakannya secara bijak.



Judul
Kerumunan Terakhir
Penulis
Okky Madasari
Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
Terbit
: Cetakan kelima, Juni 2015
Tebal
357 Halaman
ISBN
978-602-03-2543-9



0 komentar:

Posting Komentar