Sabtu, 21 November 2015

, , , ,

KKN Punya Cerita

Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) merupakan program baru dibawah tanggung jawab UPT Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dan mulai dilaksanakan sejak Agustus tahun 2014. Program ini kemudian menjadi program wajib yang dilaksanakan untuk mahasiswa mulai dari angkatan 2012 sebagai syarat kelulusan.

Program KKN dilaksanakan ketika libur semester ganjil dan genap. Tahun 2015 ini, sudah berjalan dua periode KKN. Periode pertama sudah dilaksanakan pada Januari lalu dan periode kedua baru saja selesai dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus . Lama waktu kegiatan KKN adalah 30 hari.

Dilaksanakannya kegiatan KKN bertujuan untuk mengabdi kepada masyarakat sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi. Mahasiswa dalam menjalankan kegiatan ini akan mengabdikan ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan di bangku kuliah kepada masyarakat desa yang cukup jauh dari perkotaan.

Pada awal mula dilaksanakannya program ini, mahasiswa memiliki tanggapan yang berbeda ketika harus menjalani program KKN. Banyak yang khawatir akan merepotkan dan tidak betah dengan keadaaan di tempat KKN nanti.

Seperti Ruwanti yang awalnya sempat berpikir bahwa KKN sangat merepotkan, “Pasti bakal ribet karena harus jauh dari rumah selama sebulan dan SKS KKN membuat saya harus mengubah perhitungan SKS saya semester ini, sehingga ada mata kuliah yang tidak bisa diambil,” ujar mahasiswi yang ditempatkan di Desa Pinangsari, Kab. Subang ini.

Walaupun di awal banyak yang tidak menyukai program KKN, tetapi masih ada mahasisawa yang justru menantikan program ini, seperti Farah yang mengatakan bahwa ia menyukai program KKN. “Kalau gue sih senang senang aja kalau ada program ini,” kata mahasiswi yang berkuliah di jurusan Bahasa Inggris ini.

Semua yang terpikirkan tentang ruwetnya KKN berubah ketika mereka menjalani program tersebut. Pengalaman mereka di desa ternyata menyenangkan. “Ternyata begitu menjalani KKN tidak sesulit dan semenderita yang dibayangkan sebelumnya,” ungkap Ruwanti.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh teman sekelompoknya Khoerunisa, “hari-hari pertama menjalani KKN sempat berpikir apa gunanya program ini, tapi begitu dijalani semakin lama ternyata mengasyikkan dan jadi pengalaman juga,” ungkap mahasiswi jurusan Bahasa Jerman 2012 tersebut.

Cerita KKN

Dalam menjalani program KKN, mahasiswa akan dibagi ke dalam tiga kelompok untuk satu desa yang terdiri dari sepuluh mahasiswa dan berasal dari lima atau enam jurusan yang berbeda. Kegiatan atau program kerja (proker) yang akan mereka laksanakan di desa nantinya pun tergantung dari kebijakan masing-masing kelompok. Tidak hanya proker berkelompok, tetapi juga proker per individu, dan proker kelompok satu desa.

Proker yang banyak dijalani mahasiswa KKN adalah mengajar ke sekolah-sekolah dekat desa seperti di SD, SMP, ataupun SMA. Mereka juga membagi proker berdasarkan sasaran masyarakat desa setempat, seperti untuk anak-anak, remaja, dan ibu-ibu.

Seperti Ruwanti dan teman-temannya yang ditempatkan di Dusun Gebangmalang, Desa Pinangsari, mereka memiliki proker bimbingan belajar dan mengaji untuk anak-anak selepas sholat magrib, ada pelatihan komputer dan desain grafis dengan laptop mahasiswa untuk remaja, serta kerajianan tangan untuk ibu-ibu pengajian.

Mereka juga memiliki pengalaman menarik karena berhasil mengumpulkan kembali ibu-ibu untuk bermain qosidah dalam rangka lomba 17 agustus di desa, setelah 20 tahun vacuum. “Kami keliling kampung dari rumah kerumah bersama anak-anak untuk mengajak ibu-ibu bermain qosidah, agar dusun ini memiliki perwakilan untuk lomba di desa kemarin,” cerita Khoerunisa.

Proker kerajinan tangan dengan kain flanel yang mereka berikan untuk ibu-ibu di pengajian bahkan menjadi peluang salah seorang ibu untuk berjualan hasil kreasinya. “Kemarin ibu buat lagi kerajinan yang diajarkan mahasiswa KKN, terus ibu jual satu buahnya Rp1.500,-,” ujar ibu Runtasi.

Kegiatan-kegiatan yang mereka rancang untuk desa memiliki dampak positif tidak hanya untuk masyarakat setempat, tetapi juga untuk mahasiswa itu sendiri. “Pada awalnya gue bukan orang yang suka anak kecil, tetapi karena KKN gue jadi terbiasa dan sayang sama mereka,” ujar Farah. “Lewat KKN gue juga belajar mandiri, biasanya gue di rumah masih manja sama orang tua,” tambah Bella.
“Berkat mahasiswa KKN, anak-anak kami yang biasanya hanya berkumpul untuk bermain, kini mereka berkumpul untuk belajar bersama,” kata Sekertaris Desa Pinangsari Kec. Subang saat sambutan acara pelepasan yang diadakan oleh mahasiswa KKN.

Selama menjalani KKN di dusun Gebangmalang ini, Ruwanti dan teman-temannya sudah merasa dusun ini seperti kampung mereka sendiri. “Kami berniat akan kembali lagi nanti ke sini untuk bersilaturahmi,” kata Bella.

Pesan untuk KKN

Merasakan banyaknya manfaat dari kegiatan KKN. Farah dan teman-temannya mengatakan jika mahasiswa angkatan di bawah mereka harus menjalani KKN. “Banyak manfaat dan pengalaman yang didapat selama KKN, dari yang awalnya gue ga bisa jadi bisa,” kata Khoerunisa. “Jadi mahasiswa lain harus bisa merasakan manfaat ini juga,” tambah Ruwanti.

Mereka juga berharap agar kampus bisa memberikan keamanan yang lebih baik lagi. Terutama untuk masalah kehilangan uang dan barang yang pernah terjadi dengan teman mereka yang ditempatkan di Purwakarta.

Terlebih lagi penempatan waktu KKN di semester akhir yang dirasa kurang tepat. “Seharusnya KKN dijadwalkan bukan di akhir semester, agar tidak mepet dengan praktek mengajar ataupun praktek magang di kantor,” Ruwanti memberi saran.


Liputan ini dimuat untuk Buletin Kaji LKM UNJ Edisi Agustus 2015

0 komentar:

Posting Komentar