Program KKN dilaksanakan ketika libur semester ganjil dan
genap. Tahun 2015 ini, sudah berjalan dua periode KKN. Periode pertama sudah
dilaksanakan pada Januari lalu dan periode kedua baru saja selesai dilaksanakan
pada bulan Juli-Agustus . Lama waktu kegiatan KKN adalah 30 hari.
Dilaksanakannya kegiatan KKN bertujuan untuk mengabdi
kepada masyarakat sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi. Mahasiswa dalam
menjalankan kegiatan ini akan mengabdikan ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan
di bangku kuliah kepada masyarakat desa yang cukup jauh dari perkotaan.
Pada awal mula dilaksanakannya program ini, mahasiswa
memiliki tanggapan yang berbeda ketika harus menjalani program KKN. Banyak yang
khawatir akan merepotkan dan tidak betah dengan keadaaan di tempat KKN nanti.
Seperti Ruwanti yang awalnya sempat berpikir bahwa KKN
sangat merepotkan, “Pasti bakal ribet karena harus jauh dari rumah selama
sebulan dan SKS KKN membuat saya harus mengubah perhitungan SKS saya semester
ini, sehingga ada mata kuliah yang tidak bisa diambil,” ujar mahasiswi yang
ditempatkan di Desa Pinangsari, Kab. Subang ini.
Walaupun di awal banyak yang tidak menyukai program KKN,
tetapi masih ada mahasisawa yang justru menantikan program ini, seperti Farah
yang mengatakan bahwa ia menyukai program KKN. “Kalau gue sih senang senang aja
kalau ada program ini,” kata mahasiswi yang berkuliah di jurusan Bahasa Inggris
ini.
Semua yang terpikirkan tentang ruwetnya KKN berubah
ketika mereka menjalani program tersebut. Pengalaman mereka di desa ternyata
menyenangkan. “Ternyata begitu menjalani KKN tidak sesulit dan semenderita yang
dibayangkan sebelumnya,” ungkap Ruwanti.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh teman sekelompoknya
Khoerunisa, “hari-hari pertama menjalani KKN sempat berpikir apa gunanya
program ini, tapi begitu dijalani semakin lama ternyata mengasyikkan dan jadi
pengalaman juga,” ungkap mahasiswi jurusan Bahasa Jerman 2012 tersebut.
Cerita KKN
Dalam menjalani program KKN, mahasiswa akan dibagi ke
dalam tiga kelompok untuk satu desa yang terdiri dari sepuluh mahasiswa dan
berasal dari lima atau enam jurusan yang berbeda. Kegiatan atau program kerja
(proker) yang akan mereka laksanakan di desa nantinya pun tergantung dari
kebijakan masing-masing kelompok. Tidak
hanya proker berkelompok, tetapi juga proker per individu, dan proker kelompok
satu desa.
Proker
yang banyak dijalani mahasiswa KKN adalah mengajar ke sekolah-sekolah dekat
desa seperti di SD, SMP, ataupun SMA. Mereka juga membagi proker berdasarkan
sasaran masyarakat desa setempat, seperti untuk anak-anak, remaja, dan ibu-ibu.
Seperti
Ruwanti dan teman-temannya yang ditempatkan di Dusun Gebangmalang, Desa
Pinangsari, mereka memiliki proker bimbingan belajar dan mengaji untuk
anak-anak selepas sholat magrib, ada pelatihan komputer dan desain grafis
dengan laptop mahasiswa untuk remaja, serta kerajianan tangan untuk ibu-ibu
pengajian.
Mereka
juga memiliki pengalaman menarik karena berhasil mengumpulkan kembali ibu-ibu
untuk bermain qosidah dalam rangka lomba 17 agustus di desa, setelah 20 tahun
vacuum. “Kami keliling kampung dari rumah kerumah bersama anak-anak untuk
mengajak ibu-ibu bermain qosidah, agar dusun ini memiliki perwakilan untuk
lomba di desa kemarin,” cerita Khoerunisa.
Proker
kerajinan tangan dengan kain flanel yang mereka berikan untuk ibu-ibu di
pengajian bahkan menjadi peluang salah seorang ibu untuk berjualan hasil
kreasinya. “Kemarin ibu buat lagi kerajinan yang diajarkan mahasiswa KKN, terus
ibu jual satu buahnya Rp1.500,-,” ujar ibu Runtasi.
Kegiatan-kegiatan
yang mereka rancang untuk desa memiliki dampak positif tidak hanya untuk
masyarakat setempat, tetapi juga untuk mahasiswa itu sendiri. “Pada awalnya gue
bukan orang yang suka anak kecil, tetapi karena KKN gue jadi terbiasa dan
sayang sama mereka,” ujar Farah. “Lewat KKN gue juga belajar mandiri, biasanya
gue di rumah masih manja sama orang tua,” tambah Bella.
“Berkat
mahasiswa KKN, anak-anak kami yang biasanya hanya berkumpul untuk bermain, kini
mereka berkumpul untuk belajar bersama,” kata Sekertaris Desa Pinangsari Kec.
Subang saat sambutan acara pelepasan yang diadakan oleh mahasiswa KKN.
Selama
menjalani KKN di dusun Gebangmalang ini, Ruwanti dan teman-temannya sudah merasa
dusun ini seperti kampung mereka sendiri. “Kami berniat akan kembali lagi nanti ke sini untuk
bersilaturahmi,” kata Bella.
Pesan
untuk KKN
Merasakan banyaknya manfaat dari kegiatan KKN. Farah dan
teman-temannya mengatakan jika mahasiswa angkatan di bawah mereka harus
menjalani KKN. “Banyak manfaat dan pengalaman yang didapat selama KKN, dari
yang awalnya gue ga bisa jadi bisa,” kata Khoerunisa. “Jadi mahasiswa lain
harus bisa merasakan manfaat ini juga,” tambah Ruwanti.
Mereka juga berharap agar kampus bisa memberikan keamanan
yang lebih baik lagi. Terutama untuk masalah kehilangan uang dan barang yang
pernah terjadi dengan teman mereka yang ditempatkan di Purwakarta.
Terlebih lagi penempatan waktu KKN di
semester akhir yang dirasa kurang tepat. “Seharusnya KKN dijadwalkan bukan di
akhir semester, agar tidak mepet dengan praktek mengajar ataupun praktek magang
di kantor,” Ruwanti memberi saran.
Liputan ini dimuat untuk Buletin Kaji LKM UNJ Edisi Agustus 2015
0 komentar:
Posting Komentar