Sabtu, 31 Januari 2015

, ,

Mengambil Kesempatan

Banyak keuntungan dengan bergabung di organisasi terutama organisasi yang bisa mewujudkan impian kita. Satu lagi dengan bergabung di LKM, hari ini saya mendapat pengalaman baru menjadi moderator acara Pelatihan Menulis Resensi untuk Media Massa. Pematerinya orang luar biasa. Penulis esai, cerpen, dan juga kritik buku nasional. Ia adalah Damhuri Muhammad.

Pada saat mendapat tawaran dari Ka Egi (Kadiv. Public Speaking) LKM UNJ untuk menjadi moderator, awalnya saya ragu untuk menerima tawaran ini. Perlu beberapa menit untuk mengambil keputusan. Pertimbangannya adalah ini merupakan acara di luar LKM dan membutuhkan penampilan yang tidak boleh mengecewakan karena akan berdampak pada kepercayaan teman-teman di UNJ dalam menggunakan jasa MC dan Moderator dari LKM. Informasinya pun juga sangat mendadak. Selain itu saya juga memiliki jadwal part time mengajar di bimbel.

Pada saat itu saya masih memikirkan keuntungan ekonomis. Jika saya mengajar saya bisa mendapatkan tambahan uang tapi tanpa pengalaman baru. Sedangkan untuk menjadi moderator, saya belum terlalu siap apalagi menjadi pemandu untuk pembicara yang hebat. Namun saya berpikir bahwa ini adalah pengalaman untuk bisa mengembangkan sayap tidak hanya di kandang sendiri. Saya perlu pengalaman di luar yang bisa menunjang kemampuan diri saya. Saya pikir ini adalah kesempatan untuk mengembangkan diri. Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi moderator. Meminta izin untuk tidak mnegajar di tempat bimbel.

Satu malam saya rasa cukup untuk menyiapkan bekal menjadi moderator. Walaupun saat itu masih belum mendapat informasi yang jelas dari panitia saya akan menjadi moderator untuk materi ke berapa.

Pada saat melihat kondisi acara yang santai membuat saya ikut santai dalam mempersiapkan diri menjadi moderator. walaupun saya masih berpikir keras pertanyaan apa yang harus saya kemukakan untuk memancing audiens nanti atau jika tidak ada yang bertanya. Sampai saya meminta kepada senior-senior saya yang hadir untuk membuatkan pertanyaan. Tentu mereka tidak mau dengan alasan agar saya belajar.

Tidak banyak yang saya lakukan sebagai moderator kecuali hanya memperkenalkan pemateri dengan membaca CV dan membantunya untuk mengambil kertas dari peserta pelatihan. Detik sebelum saya memandu materi kedua, saya sangat tegang. Mungkin ini yang membuat saya merasa agak sedikit gagap atau artikulasi saya saat bicara menjadi kurang jelas dan takut untuk biacara lebih banyak. Namun ketegangan ini mulai menghilang begitu saya bicara dan duduk di sebelah pemateri.

Pada awalnya saya memang belum mengenal beliau. Tapi setelah membaca biografinya, mengetahui beliau dari senior, dan antusias peserta kepada beliau, saya menyadari bahwa beliau memang sangat hebat. Hanya saja saya yang kurang update. Sudah banyak jumlah tulisan beliau yang dimuat di media nasional, buku-buku yang diterbitkan, dan juga cerpen-cerpennya yang terkenal.  Beliau memang tidak seterkenal penulis fiksi popular seperti Ahmad Fuadi, Andrea Hirata, ataupun Asma Nadia. Tapi justru menurut saya, penulis hebat seperti Pak Damhuri Muhammad adalah orang-orang terkenal di kalangan orang-orang tertentu. Ini yang membuat beliau dan orang-orang seperti beliau lebih spesial.

Sebagai moderator seharusnya saya mengajak ngobrol pemateri agar tidak terjadi keheningan saat peserta sedang sibuk dengan tulisan mereka. Tapi yang terjadi tadi, justru pak Damhuri yang mengajak saya berbincang tentang film Jerman dan tentang komunitas baca di LKM. Mungkin beliau memaklumi keadaan saya yang masih newbie kali ya..

Well, banyak pelajaran berharga yang dipetik dalam pelatihan ini. Dalam bidang penulisan, meresensi buku memang menjadi pilihan favorit saya ketimbang esai dan cerpen. Semula saya berpikir dalam menulis resensi itu mudah hanya dengan menuangkan tanggapan kita terhadap buku yang kita baca. Dari pelatihan ini saya menyadari bahwa tulisan resensi saya belum ada apa-apanya. Dan memang meresensi buku tidaklah mudah.

Selain menjelaskan isi cerita dari buku, kita perlu menghubungkan hal-hal yang berada di luar buku atau unsur ekstrinsiknya. Lalu membandingkan dengan buku-buku lain yang sejenis atau dengan memperhatikan kejadian yang terjadi pada kurung waktu sang penulis mengarang buku. Kemampuan untuk bisa menulis resensi yang baik dan bisa dimuat di media massa harus diimbangi dengan banyak berlatih. Menurut pak Damhuri meresensi buku tidak harus ketika selesai membaca satu buku. Setiap satu bab kita buat resensinya sudah cukup untuk kita berlatih. Agar resensi bisa dimuat di media massa pun kita harus membuat resensi buku yang sesuai dengan kondisi terbaru saat ini dan tidak menawarkan isu yang sudah selesai.

Menjelang akhir penjelasan dari Pak Damhuri saya mendapat ilham untuk mengajukan satu pertanyaan. Dan ini mendapatkan poin plus dari ka egi karena saya berhasil bertanya di saat tidak ada peserta yang bertanya. Hikmah menjadi moderator saya menjadi saling kenal dengan pemateri dan menambah jaringan baru.

Selalu mengambil kesempatan yang ada menjadi pesan diakhir evaluasi Ka Egi untuk saya. Saya jadi merasa telah mengambil keputusan yang benar walaupun awalnya sempat ragu. Alhamdulillah. Tinggal perlu banyak latihan lagi untuk membaca, menulis, dan berbicara.


0 komentar:

Posting Komentar