Sebenarnya artikel yang ingin saya ajukan untuk Kajian Pilihan LKM UNJ rabu lalu (25/9) kemarin adalah artikel ini. Artikel yang lebih menekankan masalah akibat uang kertas, bukan masalah nilai instrinsik antara uang kertas dan uang logam. Tapi karena Kepala Divisi Kajian beranggapan tulisan ini kurang fokus, saya juga mengakui hal itu. Akhirnya dengan segala keterbatasan pengetahuan saya tentang ekonomi terutama terkait politik uang, kajian yang saya bawa kemarin cukup alot.
Yaaah, setidaknya jadi pelajaran untuk lebih melakukan analisa yang cukup untuk menyampaikan sesuatu. berikut adalah tulisan yang saya maksud.
Entah mengapa ilustrasi buku itu tentang kisah Pulau Sukus dan Takus serta
Gago dan Sago membuat saya berkhayal tentang penggambaran orang-orang yang
berada di pulau-pulau Indonesia yang kedatangan Belanda sebagai penjajah yang
mengenalkan mereka dengan uang kertas (fiat money). Dengan iming-iming
yang mengiurkan diawal, uang kertas yang tiada artinya dapat mengganti koin
emas dan dengan sistem setannya itu membuat kehidupan mereka yang tadinya
makmur dan saling tolong menolong menjadi sengsara dan individualisme untuk
merebut kekayaan.