Jumat, 11 Januari 2013

Habib Jindan bin Novel - Amar Ma’ruf Nahi Munkar (3)


Oleh: Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar (3)
Majelis Ta’lim Habib Ali Al Habsyi Kwitang – 30 Desember 2012

Ini majelis yang sekarang ini adalah majelis yang terakhir di tahun 2012. Yg akan dtg yakni pada tahun 2013. Alhamdulillah kita menutup tahun ini dengan amalan yang diridhoi Allah ta’ala. Kita tutup dengan ilmu dengan hadir majelis, dengan hadir pengajian.

Allah ta’ala berfirman penutupnya adalah sesuatu yang haram dan sesuatu yang baik dari sebab suatu amalan itu tergantung dari penghabisannya, penutupannya. Penghabisan hari, kita tutup dengan yang baik. Penghabisan malam kita diperintahkan untuk menutup dengan istighfar, dengan hal-hal yang baik. Dan yang beristighfar di waktu sahur, sebelum subuh. Kemudian juga ketika matahari terbit dan matahari terbenam kita diperintahkan untuk berdzikir pada Allah ta’ala. Dan juga dalam penghabisan hari, minggu, bulan , tahun hendaknya kita habiskan dengan perbuatan yang diridhoi Allah SWT. Barang siapa yang perhatian dengan penghabisan-penghabisan yang semacam ini, dia tutup  dengan sebaik mungkin dan dia awali dengan sebaik mungkin, maka Allah SWT akan menutup orang tersebut dengan hal yang sebaik mungkin. Tapi dia kalau mau tidur dia tutup dengan gossip, dengan hal-hal yang haram. Kemudian dia tutup penghabisan itu dengan hal-hal yang haram. Kemudian, dia  ga peduli dengan apa dia menghabiskan akhir tahunnya, maka Allah ga peduli dengan apa yang dia akan habiskan hidupnya besok dengan amalan yang baik atau su’ul khotimah. Naudzubillahi mindzalik.

Ketahuilah, bahwasannya amar ma’ruf nahi munkar adalah hal yang sangat penting dalam agama ini, yang sangat utama di dalam agama ini. Sehingga, kita diperintahkan untuk satu sama lain melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Ga nyuruh satu orang doang. Oh ya, amar ma’ruf nahi munkar yang ngelaksanain die aje yang lain ga usah. Tidak.
Allah Ta’ala berfirman di dalam Al Qur’an, “Hendaknya ada DIANTARA KALIAN (bukan satu orang), tetapi apa ummat, hendaknya diantara kalian itu menjadi satu ummat yang mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar. Semuanya, baik yang ulama ataupun yang murid. Semua harus saling menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Di dalam nasehat mereka di mana pun di rumah, di kantor, di pasar, di jalanan saling menasehati saling mengarahin. Allah Ta’ala berfirman “semua orang itu rugi, semua orang itu sial, celaka, kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh, saling berpesan, saling menasehati dengan yang benar dan juga dengan kesabaran.”


Yang diajarkan oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW, kita diperintahkan satu sama saling menasehati. Ad-dhin adhinun nashihat. Agama itu menasehati. Ketulusan, tulus di dalam menolong, di dalam membantu, di dalam membimbing di dalam mengajak orang kepada yang baik dan mencegah orang di dalam hal yang tidak baik. Namun, tadi di nasehati oleh Habib Abdullah Al Haddad, jangan ketika orang dinasehati, kemudian dia tolak. Dia tidak mau menerima nasehat, dia anggap dia lebih ‘alim. “Ga, saya lebih ngerti.” “Tidak, saya lebih tua.” Terima nasehat dari siapapun juga.

Ini Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (shohibul maulid simtudduror)  pernah berkata, “siapa gerangan yang rela yang mau menasehati saya” ini ulama besar, imam besar tentang “siapa mana orang yang menasehati saya, saya siap mendengarkannya” “mana gerangan para penasehat, para pemberi nasehat yang rela memberikan nasehat kepada siapapun juga?” sampai beliau bilang, “itu orang di kota sewun orang kampung saya, katanya sayang sama saya cinta sama saya, tapi saya ga yakin, saya ga percaya. Kenapa? Ga ada satupun yang pernah ngetok pintu rumah saya, nasehatin saya. Kalau cinta sama saya, harusnya nasehatin saya. Ketok pintu rumah saya, nasehatin saya, ‘ya Ali ente punya salah ini, ente punya aib ini, hal ini ga baik untuk dirimu, dan ini dan itu.’ Nah, itu baru cinta sama saya.”

Sebab, kata sayyidina Umar bin Khattab, beliau mengatakan bahwasannya “orang yang paling saya cintai adalah orang memberitahu aib dan kekurangan saya.” “dikasih tahu kekurangannya, aibnya, nah itu orang yang paling saya cintai.” Sebab kemaksiatan, aib, dan kekurangan, itu ibarat lubang. mungkin kita pernah tidak melihat lubang tersebut. Kita mungkin pernah tidak melihat duri dan lubang tersebut, tatkala kita hampir menginjaknya, kita hampir celaka gara-gara gangguan tersebut, lantas ada yang mengingatkan kita dan menegur kita. Harusnya kita gembira, kita seneng, “Alhamdulillah masih ada yang ngingetin saya.” Bukan malah kita marah, “kenapa engkau kasih tau, biarin aja saya kejeblos, biaran aja saya ditusuk, biarin aja saya jatuh ke jurang, biaran aja saya digigit ular.” Seharusnya orang gembira, dan juga orang ketika dinasehati ga ada hak untuk berkata “kamu nasehatin saya dengan cara yang baik, dengan cara yang santun” ini nasehat ini memang setiap da’I harus memberikan nasehat dengan cara yang baik, dengan cara yang santun, itu tugas dia.  Tetapi objek dakwah tugas dia yang diberi nasehat, harus menerima nasehat. Mau dinasehatin dengan cara yang baik ataupun dengan cara yang tidak baik. Udah yang namanya yang hak, terima! Jangan berdalih karena caranya ga bagus, “saya ga mau terima.” Lantas apakah ini membenarkan kitabnya dalam menolak ajaran tersebut? tidak! Tidak menjadi benar.  

Ketahuilah, di dalam memberikan nasehat tersebut kata Habib Ali “orang sekarang satu sama lain ga mau memberi nasehat. Dianggap teman dia adalah yang tidak menasehati dia. Nah itu temen Tapi kalau udah negur dia, udah nasehatin dia, udah ngasih tau aib dan kekurangan dia, nah ini musuh, dia benci sama saya. Padahal diselamatkan dari jurang , dari racun, dari bahaya.” Sehingga kata habib Abdullah bin Alwi Al Haddad bahwasannya di zaman sekarang udah jarang seorang pendamping, seorang sahabat, yang mencegah kita dari keburukan, mencegah kita dari kemungkaran, nasehatin kita, negor kita. Yang ada kalau ditegor, dia benci, “ah engkau berarti ga demen sama saya. Ga seneng sama saya.” Padahal justru karena sayang makanya ditegor. Tapi orang jaman sekarang ga mau dinasehati. Kenapa? kata Habib Ali “mereka saling-saling ketahuan boroknya, ketauan kesalahannya ehingga mereka saling berkata ‘yauda deh jangan engkau nasehati aku, aku tidak akan menasehati engkau’ saling diam satu sama lain. Kita inilah sumber daripada penyakit yang ga mau saling menasehati, sebab kalau dinasehati “kau begini” dan yang lain berkata “dan engkau juga salah, begini begini” kembali  mengungkit kesalahan saudaranya yang lain.

Oleh Karena itu saudara-saudara sekalian,

Ayo dirikan saling menasehati satu sama lain di dalam keluarga kita, rumah tangga, lingkungan kita, dimanapun tempat kita, saling menasehati satu sama lain. Hingga dikatakan “kullu kuutibanasahit” sehingga seorang nasehat itu terkenal di mana mana, amar ma’ruf nahi munkar tersebar di mana-mana. Sampai dikatakan oleh para ulama, “jalanan-jalanan kota Tarim adalah guru bagi orang yang tidak memiliki guru”. Kenapa? sebab seseorang ditegur, dia mendapat nasehat, mendapat ilmu, dari orang-orang yang jalan di kota Tarim. Dengan nasehat dia membimbing mereka ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Oleh karena itu, dirikan nasehat, jangan kita lengah jangan kita diem aja kita liat anak perempuan kita ga pakai kerudung, bergaul dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, dan kita diem, bukan bukan itu hal  yang diridhoi Allah SWT. Tegur, Nasehati. Dia mau terima atau ga mau terima. Kita nasehati bukan karena dia, tapi karena Allah SWT. Itu orang ga mau terima. Yang penting Allah Ta’ala mau menerima. Semoga Allah Ta’ala mau menerima amalan kita, Allah SWT memberikan Taufik dan hidayah untuk kita semua. Amin. 

0 komentar:

Posting Komentar