Sabtu, 12 Januari 2013

Habib Ahmad bin Novel - Jihad Fii Sabilillah


Habib Ahmad bin Novel
Jihad Fii Sabilillah
Majelis ta’lim habib ali al habsyi kwitang - 06 Januari 2013


source image: facebook
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah pagi hari ini dibahas oleh Sayyidina Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad tentang suatu permasalahan yang penting di dalam agama yaitu pembahasan tentang pertempuran di medan perang melawan orang-orang kafir demi untuk menegakkan agama Allah SWT yang banyak disebut umat islam sebagai jihad.

Ketahuilah di dalam kitab yang barusan dibahas, pembahasan tentang jihad fii sabilillah dibahas setelah amar ma’ruf nahi munkar. Mengapa demikian? Sebab, ketahuilah pertempuran di medan perang melawan orang-orang kafir adalah sebagian kecil daripada jihad yang sesungguhnya. Jihad bukan hanya merelakan nyawa kita, jihad bukan hanya sekedar mengangkat senjata di medan pertempuran melawan orang-orang kafir, bukan. Jihad bukan hanya sekedar meneriakkan “Allahuakbar Allahuakbar!”, tetapi itu hanyalah sebagian kecil dari pada jihad yang sangat banyak macamnya yang sangat besar. Amar ma’uf dan nahi munkar adalah bagian daripada jihad. Bersabar didalam menegakkan dalam agama Allah SWT adalah bagian daripada jihad terbesar yang diperintah oleh Nabi Muhammad SAW. Dan pertempuran di medan perang adalah bagian dari jihad tersebut. Namun jihad memiliki pengertian yang sangat luas bukan hanya pertempuran di medan perang.

Pertempuran di medan perang apabila telah memenuhi syarat, dan syarat bertempur bukan hanya sekedar diserukan “ini jihad, ini jihad, harus kita berangkat!” ada persyaratan yang ketat sebagaimana yang dinyatakan oleh para ulama. Yang mana sebelumnya harus dipenuhi yang apabila tidak dipenuhi salah satunya, maka jihad itu gugur kewajibannya. Bahkan, terkadang dilarang berjihad dengan hati yang bertempur di medan perang apabila persyaratnanya tidak dipenuhi salah satunya. Dan ini dibahas oleh para ulama didalam kitab-kitab mereka tentang permasalahan jihad. Mengaa demikian? Sebab apabila persyaratannya  tidak terpenuhi mangapa dilarang akan menjadi boomerang yang akan mencoreng umat islam. Karena itu ada persyaratan yang pajang lebar yang akan dibahas oleh para ulama di dalam kitab-kitab mereka.

Namun jihad, hakekatnya, ruhnya, ditentukan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam haditsnya. Ketika beliau saw pulang dari suatu pertempuran dimana banyak nyawa melayang, darah mengalir, harta semuanya ludes demi pertempurang melawan orang-orang kafir. Ketika beliau saw kembali dari pertempuran beliau saw berkata “kita baru pulang dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Sahabat heran, “Ya Rasulullah, nyawa melayang, darah mengalir, seluruh tenaga kita habiskan di medan perang, mengapa itu semua engkau namakan itu jihad yang kecil? Memang ada lagi yang namanya jihad yang besar?” Rasulullah saw bersabda, “jihad yang terbesar sesungguhnya adalah jihad melawan diri kita sendiri, jihad melawan nafsu kita sendiri.”

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT,

Perkara jihad apabila kita membaca kitab suci Al Qur’an, kita akan dapati di dalam Al Qur’an banyak Allah SWT menyebutkan tentang permasalahan jihad. Dan sebagian besar dari umat islam menganggap bahwasannya jihad disyariatkan oleh Allah SWT setelah Rasulullah SAW hijrah ke Kota Madinah. Al’Alamah Asy-Syekh Muhammad Sya’id Ramadhan Al-Buthi menyatakan bahwasannya pemahaman yang semacam ini adalah pemahaman yang salah yang harus diluruskan. Ketahuilah jihad disyari’atkan oleh Allah SWT bukan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Tapi jihad disyari’atkan oleh Allah SWT dari sejak mulai terbitnya fajar islam, ketika Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT sebagai Nabi, ketika beliau di kota Mekkah saat itu tidak ada pertempuran sedikitpun, tapi Allah telah menyatakan di dalam Al Qur’an, ketika Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW “janganl sekali-sekali engkau taat dan tunduk pada orang-orang kafir, dan jihadlah melawan orang-orang kafir dengan cara mengimaniku jihad yang besar.” Allah menamakan perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya di kota Mekkah saat itu tidak ada pertempuran di medan perang tetapi Allah menamakan Jihadan Kabira, jihad yang besar. bukan jihad yang kecil. Padahal, tidak ada pertempuran. Dari sini ulama mengatakan jihad bukan hanya sekedar pertempuran di medan perang. Pertempuran di medan perang adalah sebagian kecil daripada jihad yang sesungguhnya. Tapi jihad yang sesungguhnya adalah ketika seseorang mencurahkan segala apa yang dia miliki untuk Allah SWT tanpa mengenal takut, tanpa melihat siapapun, hanya untuk Allah SWT.

Kita melihat Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya ketika di mekkah, beliau diganggu, dianiaya oleh orang-orang kafir. Banyak dari sahabat beliau yang terdahulu di kota Mekkah, saat itu tidak ada pertempuran. Tidak ada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat diam-diam di amlam hari menghancurkan berhala-berhala orang-orang yang mengelilingi Ka’bah. Tidak. Tapi Allah  nyatakan itu semua sebagai jihad yang terbesar.

Para sahabat disiksa. Sayyidina Bilal disiksa oleh majikannya dibaring kan di atas padang pasir Mekkah. Ibarat kita tuh dibaringkan di atas penggorengan yang panas. Tak cukup sampe disitu, diletak diatas badannya batu yang besar dan panas. Dioven udah kalo bahasa kitanya. Ga cukup sampe disitu, dicambukkin Sayyidina Bilal. Yang beliau lakukan tidak ada pertempuran, beliau hanya bersabar dan bersabar. Saat itu beliau menyebut nama Allah “Ahadul Ahad, Ahadul Ahad!” apa yang dilakukan oleh Bilal bukankah ini jihad yang sesungguhnya?! Apakah beliau seperti orang yang pecundang? Tidak. Inilah jihad yang sesungguhnya ketika beliau berkata “Ahadul Ahad, Ahadul Ahad.”
Salah seorang sahabat yang bernama Amr bin Yasir, beliau disiksa habis-habisan oleh orang-orang kafir beserta keluarganya ayahnya Sayyidina Yasir dan ibunya Sayyidatuna Sumayyah. Diantara siksanya, ayahnya dicambuk, dipukuli, Amr juga demekian. Hingga ayahnya dibunuh oleh orang-orang kafir. Ibunya Sayyidina Amr, Sayyidatuna Sumayyah disiksa dengan penyiksaan yang pedih. Apa yang orang-orang kafir lakukan? Diantaranya disebutkan mereka sakingjahatnya mereka, mereka mengambil tombak dan mereka membakar ujung tombak hingga panas, merah dan ditusukkan di kemaluan ibunya Sayyidina Amr bin Yasir hingga saat itu beliau meninggal dunia. Hingga disebutkan bahwa beliau adalah wanita pertama yang mati syahid di jalan Allah SWT.

Penyiksaan yang demikian berat, saat itu Nabi Muhammad SAW kalau mau mengerahkan seluruh malaikat-malaikat Allah untuk menghancurkan orang-orang kafir beliau mampu, tapi apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika melihat penyiksaan tersebut mengatakan “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kalian adalah di surganya Allah SWT.” Inilah jihad yang dikhususkan oleh Allah SWT.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,

Inilah jihad yang sesungguhnya. Pertempuran di medan perang sebagian kecil daripada jihad. Tapi jihad yang sesungguhnya adalah ketika seseorang merelakan seluruhnya untuk Allah SWT, tunduk kepada Allah. Berani menyatakan yang hak, menegakkan kalimat Allah. Dia berani menyatakannya walaupun terhadap dirinya sendiri, walaupun terhadap keluarganya. Berapa banyak orang yang mampu menyatakan yang hak pada orang lain, tapi tidak mampu menyatakannya untuk diri dan keluarganya sendiri.

Allah bilang, “jangan engkau taat pada orang-orang kafir” karena setiap orang yang tunduk dan taat maka sungguh telah menyalahi daripada hakekat dan ruh daripada jihad itu sendiri. Taat dan tunduk pada pola orang-orang kafir telah menyalahi jihad yang sesungguhnya. Taat dan tunduk pada budaya orang-orang kafir yang menyimpang dari ajaran Allah, maka sungguh dia sungguh telah menyalahi aturan dan hakekat, serta ruh dari jihad itu sendiri. Allah menyatakan dalam ayat yang lain, “Nabi Muhammad adalah utusan Allah, siapa mereka orang-orang yang bersama Nabi Muhammad?” orang-orang yang mulia di sisi Allah, orang-orang yang agung, mereka meraih derajat yang tinggi di sisi Allah, kebersamaan dengan Rasulullah SAW puncak dari sahabat Rasulullah SAW. Siapa mereka orang-orang yang bersama Nabi Muhammad SAW? “ orang yang tegas terhadap orang-orang kafir” tegas terhadap pemikiran mereka, tegas terhadap budaya-budaya mereka, ajaran-ajaran mereka. tidak rela aturan-aturan orang-orang kafir ada di rumahnya. Yang ada di rumahnya adalah Nabi Muhammad SAW. Ini jihad yang sesungguhnya.

Pertempuran di medan perang sebagian kecil daripada jihad dengan segala pengharapannya yang besar. jihad adalah penuh kasih sayang antar orang-orang islam. Mengenal arti persaudaraan antara umat-umat islam selama ia menyatakan “Lailallah Muhammadur Rasulullah”, maka ia adalah saudaramu. Engkau harus memberikan kasih sayangmu kepadanya. Dan orang yang bersama Nabi Muhammad SAW Allah akan dapati mereka rukuk, sujud mengharapkan keridhoaan dari Allah SWT hingga cahaya sujud terpancar dari wajahnya. Kita melihat guru kita, Al Imam Al Arif billah Alhabib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi seluruh hidup beliau dihabiskan untuk beribadah kepada Allah, untuk sujud kepada Allah, untuk menegakkan agama Allah SWT dari sejak lahir hingga meninggal dunia di tengah-tengah jihad di jalan Allah SWT. Jihad yang sesungguhnya walaupun beliau tidak turun ke medan perang. Tapi inilah jihad yang sesungguhnya yang dijalankan oleh para ulama kita, para auliya Allah SWT, jihad melawan nafsu mereka, jihad untuk menegakkan Allah SWT. Inilah pengertian jihad dan jihad yang semacam ini pahalanya sangat besar.

Mudah-mudaan Allah SWT memberikan anugerah yang sangat besar, menjadikan kita mujahidin fii sabillah yang mendapat keridhoan dan derajat tertinggi dari Allah SWT.

2 komentar: