Rabu, 09 Juli 2014

, ,

Kunjungan Pertama ke Makassar (I)

Sebenarnya perjalanan saya ke Makassar ini sudah saya lakukan pada tanggal 5 Januari 2014 kemarin, tapi saya baru sempat menulisnya sekarang. Pengalaman perjalanan saya ke Makassar kali ini semuanya adalah hal yang pertama bagi saya. Pertama kali ke pulang ke kampung halaman ayah saya, pertama kali naik pesawat, pertama kali perjalanan traveling ke luar pulau jawa (anggap aja begitu), dan tentunya pertama kali saya bertemu saudara-saudara saya yang ada di Makassar, walaupun saya sudah pernah bertemu dengan beberapa saudara yang pernah main ke Jakarta.

Dengan menggunakan pesawat low cost carrier Citilink, saya dan orang tua saya berangkat dengan penerbangan pukul 06.00 WIB. Untuk keberangkatan ini saya dan orang tua saya terpaksa duduk terpisah karena saat membeli tiket di travel agent keberangkatan untuk tanggal 5 Januari sudah hampir penuh, jadi kalaupun masih bisa berangkat di tanggal itu dan di pesawat yang sama, booking tiketnya harus terpisah. 


Jadilah saya duduk di kursi bagian belakang nomor 19A. Saya senang dapat kursi A karena saya pikir saya bisa duduk di dekat jendela, tapi begitu saya sampai di kursi saya, sudah ada dua bapak-bapak duduk di baris tersebut dan hanya tersisa di kursi tengah. Saya kecewa dan sempat ingin bilang ke bapak yang duduk di dekat jendela itu bahwa itu adalah kursi saya, tapi saya ga berani hehe. Mengalah aja deh, yang penting masih bisa lihat pemandangan udara walau harus mengintip, haha. Sedangkan orang tua saya duduk di bagian depan kursi nomor E3 dan E4 karena untuk mempermudah ayah saya untuk masuk dan keluar pesawat karena kesulitan ayah berjalan dengan baik akibat stroke ringan yang ayah derita.

Kami tiba pukul 9.00 WITA di Bandara Sultan Hasanuddin. Jadi, total perjalanan Jakarta-Makassar adalah dua jam, sama seperti perjalanan dari Tangerang-Jakarta kalau jalanan setengah macet. Keluar Bandara sudah banyak supir taksi yang menawarkan jasanya kepada penumpang pesawat yang hendak keluar. Lucunya, ketika saya mendengar penumpang lain dipanggil “kakak”, saya malah dipanggil “mba”! Muka saya jawa banget kali ya, sampai dipanggil begitu. Padahal saya ini campuran Makassar-Betawi. Ga ada Jawanya! Hehe

Alhamdulillah keluarga saya sudah datang menjemput. Bahkan keluarga yang ditinggal di kota dan di kampung “berebut” untuk menjemput kami. Saking rindunya pada ayah saya. Akhirnya kami pun memilih untuk ke rumah saudara yang di kota terlebih dahulu karena selain lebih dekat, rencana awal kami memang ingin singgah ke rumah kakak sepupu ayah ini.

Sepanjang perjalanan ke rumah Om saya ini, pemandangannya di kota Makassar tidak jauh berbeda dengan di Jakarta (namanya juga kota besar ya, hehe). Yang unik menurut saya di Makassar ini, ada kendaraan bernada Bentor, singkatan dari Becak Motor. Becak yang tetap berroda tiga tetapi alat geraknya bukan sepeda tapi motor. Jadi roda belakangnya sudah pasti menggunakan motor.

sumber: www.traveljunkieindonesia.com
Secara saat ini saya berada di Makassar, maka di sepanjang jalan banyak penjual Coto Makassar, namun di sini ketupatnya gratis. Saya tau hal ini karena tertulis di spanduk mereka. Sedangkan di Jakarta, di daerah Senen, tempat saya biasa membeli Coto Makassar harga satu ketupat dibandrol Rp 2.000, itupun kalau harganya belum naik.

Sampai di rumah Om saya di daerah perumahan Minasa Oppa. Siangnya kami disuguhi Coto Makassar yang Om saya beli di deket rumah. Rasanya mirip dengan Coto Makassar yang di Senen. Namun kata Om saya, coto yang ia beli ini masih “kelas dua”nya karena  warung yang lebih enak sedang tutup. Mau yang kedua atau keberapapun, saya suka Coto Makassar, apalagi makannya di Makassar.

Ini Coto Makassar yang di dekat Kosan saya, bukan yang di Makassar
Sore harinya saya diajak jalan-jalan dengan Om saya bersama sepupu dan keponakan-keponakan saya ke Pantai Losari. Hoaaah, saya senang luar biasa bisa jalan-jalan ke sini karena Pantai Losarilah yang terkenal dari Kota Makassar. Di daerah Pantai Losari ini, terdapat Masjid Terapung yang memang mengapung di atas laut pantai ini. Sayangnya kami tidak sempat masuk ke dalam dan hanya berfoto sebentar di halamannya. Mungkin karena waktu sudah sore, banyak sekali orang yang datang ke sini. Bahkan kalau setiap minggu pagi kata sepupu saya, di Pantai Losari ini banyak orang yang berolahraga ke sini.

Masjid Terapung - Masjid Amirul Mukminin, Makassar

Jangan bayangkan Pantai Losari memiliki pasir seperti pantai pada umumnya. Awalnya saya berpikir seperti itu. Namun ternyata di sekitar Pantai Losari yang seharusnya menjadi pasir sudah di blok dan batas antara darat dan laut terdapat tembok.





Di sekitar Pantai Losari ini terdapat banyak patung-patung peraga yang menjadi simbol khas Sulawesi Selatan (Sulsel). Salah satunya adalah patung-patung kepala orang-orang yang berpengaruh dari Sulsel, seperti Syekh Yusuf. Patung kepala ini berada di sebelah kiri Masjid Terapung. Sebenarnya saya tidak sempat melihat patung-patung ini secara dekat dan keseluruhan. Saya hanya melihat yang terdekat dari parkiran mobil. Setelahnya saya baru tahu ternyata ada banyak patung orang-orang ternama di tempat itu, ketika sedang dalam perjalanan menuju Pantai Akarenna.



Patung Peraga lainnya terdapat tarian khas Makassar, Becak (kali ini dengan sepeda bukan motor), kapal pinisi, rumah adat Tongkonan, dan kerbau yang menjadi khas suku Tanah Toraja. Selain itu juga terdapat beberapa tulisan besar seperti tulisan Pantai Losari, Makassar, Bugis, Tanah Toraja, City of Makassar, dll.




saya bersama keponakan-keponakan saya


patung kapal pinisi


Setelah beranjak dari Pantai Losari, kami sempat ingin berkunjung ke Fort Rotterdam, Bentteng Ujung Pandang, tempat peninggalan kerajaaan Gowa-Talo. Saya tahu tempat inipun karena rekomendasi teman saya yang kuliah di pendidikan sejarah. Tetapi karena sudah menjelang sore, jadi kami tunda untuk mengunjunginya di hari selanjutnya setelah pulang dari kampung.

Pulang dari Pantai Losari, kami mampir ke Karebosi untuk membeli Sop Konro dengan menu spesial Konro Bakar. Ini jadi makanan favorit saya karena selain tetap ada kuah Konronya, Dagingnya ini dibumbui bumbu kacang. Mantap deh pokoknya hehe.

Sebelum saya terbang ke Makassar, saya sempat browsing tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di Kota ini. Ternyata saat perjalanan pulang kembali ke rumah Om saya ini, saya melewati semua tempat itu seperti Monumen Mandala, China Town, Pantai Losari, Lapangan Karebosi, tempat oleh-oleh di Karebosi, dan tempat lainnya.


Perjalanan saya di kampung ada di tulisan berikutnya ya....


Lihat Juga:
Kunjungan Pertama ke Makassar (II)
Kunjungan Pertama ke Makassar (III)

0 komentar:

Posting Komentar