Sebenarnya perjalanan saya ke Makassar ini sudah saya lakukan pada tanggal 5 Januari 2014 kemarin, tapi saya baru sempat menulisnya sekarang. Pengalaman perjalanan saya ke Makassar kali ini semuanya adalah hal yang
pertama bagi saya. Pertama
kali ke pulang ke kampung halaman ayah saya, pertama kali naik pesawat, pertama
kali perjalanan traveling ke luar pulau jawa (anggap aja begitu), dan tentunya pertama
kali saya bertemu saudara-saudara saya yang ada di Makassar, walaupun saya
sudah pernah bertemu dengan beberapa saudara yang pernah main ke Jakarta.
Dengan menggunakan pesawat low cost carrier Citilink, saya dan orang
tua saya berangkat dengan penerbangan pukul 06.00 WIB. Untuk keberangkatan ini
saya dan orang tua saya terpaksa duduk terpisah karena saat membeli tiket di travel agent
keberangkatan untuk tanggal 5 Januari sudah hampir penuh, jadi kalaupun masih
bisa berangkat di tanggal itu dan di pesawat yang sama, booking tiketnya harus terpisah.
Jadilah saya duduk di kursi bagian belakang nomor 19A. Saya senang dapat kursi A karena saya pikir saya bisa duduk di dekat jendela, tapi begitu saya sampai di kursi saya, sudah ada dua bapak-bapak duduk di baris tersebut dan hanya tersisa di kursi tengah. Saya kecewa dan sempat ingin bilang ke bapak yang duduk di dekat jendela itu bahwa itu adalah kursi saya, tapi saya ga berani hehe. Mengalah aja deh, yang penting masih bisa lihat pemandangan udara walau harus mengintip, haha. Sedangkan orang tua saya
duduk di bagian depan kursi nomor E3 dan E4 karena untuk mempermudah ayah saya
untuk masuk dan keluar pesawat karena kesulitan ayah berjalan dengan baik
akibat stroke ringan yang ayah derita.
Kami tiba pukul 9.00 WITA di Bandara Sultan Hasanuddin. Jadi, total
perjalanan Jakarta-Makassar adalah dua jam, sama seperti perjalanan dari
Tangerang-Jakarta kalau jalanan setengah macet. Keluar Bandara sudah banyak
supir taksi yang menawarkan jasanya kepada penumpang pesawat yang hendak keluar.
Lucunya, ketika saya mendengar penumpang lain dipanggil “kakak”, saya malah
dipanggil “mba”! Muka saya jawa banget kali ya, sampai dipanggil begitu. Padahal
saya ini campuran Makassar-Betawi. Ga ada Jawanya! Hehe
Alhamdulillah keluarga saya sudah datang menjemput. Bahkan keluarga yang
ditinggal di kota dan di kampung “berebut” untuk menjemput kami. Saking rindunya
pada ayah saya. Akhirnya kami pun memilih untuk ke rumah saudara yang di kota terlebih
dahulu karena selain lebih dekat, rencana awal kami memang ingin singgah ke
rumah kakak sepupu ayah ini.
Sepanjang perjalanan ke rumah Om saya ini, pemandangannya di kota Makassar tidak jauh berbeda
dengan di Jakarta (namanya juga kota besar ya, hehe). Yang unik menurut saya di
Makassar ini, ada kendaraan bernada Bentor, singkatan dari Becak Motor. Becak yang
tetap berroda tiga tetapi alat geraknya bukan sepeda tapi motor. Jadi roda
belakangnya sudah pasti menggunakan motor.
sumber: |
Secara saat ini saya berada di Makassar, maka di sepanjang jalan banyak
penjual Coto Makassar, namun di sini ketupatnya gratis. Saya tau hal ini karena
tertulis di spanduk mereka. Sedangkan di Jakarta, di daerah Senen, tempat saya
biasa membeli Coto Makassar harga satu ketupat dibandrol Rp 2.000, itupun kalau harganya belum naik.
Sampai di rumah Om saya di daerah perumahan Minasa Oppa. Siangnya kami disuguhi Coto Makassar yang Om saya beli di deket rumah. Rasanya mirip dengan Coto Makassar yang di Senen. Namun kata Om saya, coto yang ia beli ini masih “kelas dua”nya karena warung yang lebih enak sedang tutup. Mau yang kedua atau keberapapun, saya suka Coto Makassar, apalagi makannya di Makassar.
Ini Coto Makassar yang di dekat Kosan saya, bukan yang di Makassar |
Sore harinya saya diajak jalan-jalan dengan Om saya bersama sepupu dan
keponakan-keponakan saya ke Pantai Losari. Hoaaah, saya senang luar biasa bisa
jalan-jalan ke sini karena Pantai Losarilah yang terkenal dari Kota Makassar. Di daerah Pantai Losari ini, terdapat Masjid Terapung yang
memang mengapung di atas laut pantai ini. Sayangnya kami tidak sempat masuk ke
dalam dan hanya berfoto sebentar di halamannya. Mungkin karena waktu sudah
sore, banyak sekali orang yang datang ke sini. Bahkan kalau setiap minggu pagi kata sepupu saya, di
Pantai Losari ini banyak orang yang berolahraga ke sini.
Masjid Terapung - Masjid Amirul Mukminin, Makassar |
Jangan bayangkan Pantai Losari memiliki pasir seperti pantai pada umumnya. Awalnya
saya berpikir seperti itu. Namun ternyata di sekitar Pantai Losari yang
seharusnya menjadi pasir sudah di blok dan batas antara darat dan laut
terdapat tembok.
Di sekitar Pantai Losari ini terdapat banyak patung-patung peraga yang
menjadi simbol khas Sulawesi Selatan (Sulsel). Salah satunya adalah
patung-patung kepala orang-orang yang berpengaruh dari Sulsel, seperti Syekh Yusuf. Patung kepala
ini berada di sebelah kiri Masjid Terapung. Sebenarnya saya tidak sempat melihat
patung-patung ini secara dekat dan keseluruhan. Saya hanya melihat yang terdekat dari parkiran mobil. Setelahnya saya baru tahu ternyata ada banyak patung orang-orang ternama di tempat itu, ketika sedang dalam perjalanan menuju Pantai Akarenna.
Patung Peraga lainnya terdapat tarian khas Makassar, Becak (kali ini dengan
sepeda bukan motor), kapal pinisi, rumah adat Tongkonan, dan kerbau yang menjadi
khas suku Tanah Toraja. Selain itu juga terdapat beberapa tulisan besar seperti
tulisan Pantai Losari, Makassar, Bugis, Tanah Toraja, City of Makassar, dll.
saya bersama keponakan-keponakan saya |
patung kapal pinisi |
Setelah beranjak dari Pantai Losari, kami sempat ingin berkunjung ke Fort
Rotterdam, Bentteng Ujung Pandang, tempat peninggalan kerajaaan Gowa-Talo. Saya
tahu tempat inipun karena rekomendasi teman saya yang kuliah di pendidikan sejarah. Tetapi karena sudah menjelang sore, jadi kami tunda
untuk mengunjunginya di hari selanjutnya setelah pulang dari kampung.
Pulang dari Pantai Losari, kami mampir ke Karebosi untuk membeli Sop Konro
dengan menu spesial Konro Bakar. Ini jadi makanan favorit saya karena selain
tetap ada kuah Konronya, Dagingnya ini dibumbui bumbu kacang. Mantap deh pokoknya
hehe.
Sebelum saya terbang ke Makassar, saya sempat browsing tempat-tempat yang
menarik untuk dikunjungi di Kota ini. Ternyata saat perjalanan pulang kembali
ke rumah Om saya ini, saya melewati semua tempat itu seperti Monumen Mandala,
China Town, Pantai Losari, Lapangan Karebosi, tempat oleh-oleh di Karebosi, dan
tempat lainnya.
Perjalanan saya di kampung ada di tulisan berikutnya ya....
Lihat Juga:
Kunjungan Pertama ke Makassar (II)
Kunjungan Pertama ke Makassar (III)
Lihat Juga:
Kunjungan Pertama ke Makassar (II)
Kunjungan Pertama ke Makassar (III)
0 komentar:
Posting Komentar