Buku biografi tentang
B.J. Habibie yang saya
resensi kali ini memang bukan buku yang baru diterbitkan, melainkan buku yang baru
saya beli saat Islamic Book Fair 2014 kemarin. Sebenarnya sudah lama
saya ingin membeli buku biografi tentang beliau, tapi baru punya kesempatan
saat ini.
Buku biografi Habibie, Kecil tapi Otak Semua ini ditulis oleh Andi Makmur
Makka. Sudah banyak sekali buku biografi yang Makka tulis tentang B.J. Habibie
dengan berbagai judul dan harga yang berbeda. Saya sendiri sempat bingung harus
membeli buku yang mana. Namun setelah menemukan buku ini saat membeli buku yang
lain dan setelah melihat kecocokan harga dengan isi kantong, maka saya putuskan
untuk memilih buku ini.
Sebelumnya saya pernah membaca beberapa halaman awal dari buku Biografi B.J. Habibie
yang berjudul The True Life of Habibie, Cerita di Balik Kesuksesan yang
juga ditulis oleh Makka. Saya pikir isi biografi yang ditulis dalam buku yang saya resensi ini sama dengan buku yang saya baca sebelumnya. Namun ternyata Makka memiliki gaya
penulisan berbeda di setiap buku yang ia karang.
Saat membuka halaman-halaman pertama buku ini, kita akan disambut dengan
berbagai macam foto unik B.J. Habibie saat muda hingga setelah selesai
menjalankan tugasnya sabagai Presiden Republik Indonesia Ketiga. Kebanyakan foto-foto
ini diambil dari dokumentasi The Habibie Center dan beberapa foto dari
Sekertariat Negara.
Makka juga menceritakan asal usul judul unik buku ini pada bab pertama. Hal ini bermula ketika dalam acara pidato di depan civitas akademika UI,
ada seorang budayawan Jaya Supratna yang tiba-tiba memohon untuk diberikan
waktu berbicara dan mengatakan bahwa walaupun B.J. Habibie berpostur kecil, tapi
seluruh isinya dalah otak, sedangkan dirinya walaupun gempal berisi dengkul
seluruhnya.
Pada buku Biografi lain berjudul The True Life of Habibie, Cerita di
Balik Kesuksesan, cerita dimulai dengan mengambarkan latar belakang keluarga
B.J. Habibie dan sejak ia dilahirkan, sedangkan buku Habibie, Kecil tapi Otak
Semua ini dimulai langsung dengan cerita masa kecilnya yang khas. Penggambaran
tentang background keluarga B.J. Habibie justru baru kita dapatkan pada bab-bab
selanjutnya.
Buku inipun dibagi atas sembilan segmentasi yang terdiri
dari beberapa bab. Dalam setiap babnya pun cerita tentang B.J. Habibie digambarkan dengan sangat
ringkas, hanya terdiri dari 2-4 halaman dan tidak diceritakan secara
kronologis. Walaupun sangat singkat dan tidak berurutan berdasarkan waktu
terjadinya peristiwa tapi tidak meninggalkan esensi dari cerita kehidupan B.J.
Habibie.
Membaca buku ini, kita akan mengetahui secara ringkas bagaimana sejarah
hidup B.J. Habibie, sifat dan watak, serta pemikiran-pemikiran beliau. Dimulai
dengan cerita masa kecil B.J. Habibie yang gemar membaca buku ketimbang bermain dengan teman-temannya dan wataknya jika ia merasa benar pasti akan membela dirinya bahwa ia benar bahkan sampai ngotot,
namun jika dirinya memang salah maka ia akan diam.
B.J. Habibie tidak hanya orang yang cerdas dalam bidang fisika hingga mampu
membuat pesawat terbang dan pandai dalam pemerintahan, walaupun banyak yang
beranggapan dirinya kecemplung dalam bidang politik, tapi ia juga
merupakan pribadi yang taat agama dan memiliki pengetahuan agama yang cukup
mendalam. Dalam urusan agama ini, buku ini menceritakan bagaimana dulu B.J.
Habibie pergi mengaji setiap sore bersama anak-anak lain di kampungnya di
Pare-pare, Sulawesi Selatan.
Cerita pengalaman B.J. Habibie yang tersaji banyak mengandung gelak tawa. Seperti cerita dirinya saat di Jerman yang
mengaku orang Filipina ketika melakukan kesalahan atau hal buruk karena harus menjaga nama baik Indonesia. Namun ternyata orang Filipina juga melakukan hal
yang sama dengan mengaku sebagai orang Indonesia jika melakukan kesalahan. Hal ini
karena persamaan wajah orang Indonesia dan Filipina yang sama-sama dari Asia
tenggara.
Hal unik lainnya yang akan kita temukan dalam buku ini adalah adanya gambar
semacam karikatur yang menghiasi di beberapa bab dan disesuaikan dengan tema. Cerita
yang digunakan dalam buku ini pun diceritakan dari berbagai
narasumber yang berbeda. Namun di akhir buku ini terdapat segmen yang
menceritakan khusus pengalaman Makka dengan B.J. Habibie dan Ibu Ainun.
Buku ini ibarat ringkasan dari sejumlah biografi B.J. Habibie karena tidak
disajikan begitu lengkap. Namun tetap memberikan gambaran yang utuh tentang
sosok pribadi B.J. Habibie. Membaca buku ini membuat saya semakin ingin berjumpa
dengan B.J. Habibie. Orang yang cerdas dan punya nasionalisme tinggi, tapi
cakap dalam beribadah kepada Tuhannya.
0 komentar:
Posting Komentar