Selasa, 09 Februari 2016

, , ,

Kuliah Kayak Liburan 2

TRIP TO MALANG DAY 2

Hari kedua KKL, seusai santap sarapan di hotel, kami berangkat menuju Selekta yang berada di kota Batu untuk berwisata petik Apel. Selekta adalah Puncaknya Kota Malang. Sepanjang perjalanan kami melakukan guiding kembali, namun dibuka terlebih dahulu oleh pihak travel.

Begitu tiba di Selekta, untuk mencapai perkebunan apel kami harus menaiki angkot fasilitas dari tempat wisata karena perjalanan yang masih cukup jauh dan tidak bisa dilalui bis. Sesampainya kami di perkebunan, kami diberikan satu kantong kresek besar dan satu gelas minuman sari apel.

Perkebunan wisata petik apel merupakan kerja sama dari para petani apel. Jadi setiap musimnya selalu digilir di kebun siapa wisata petik apel akan dilaksanakan. Biaya masuk kebun ini hanya sekitar Rp 10.000 dan kami bebas memakan apel di dalam perkebunan sepuasnya. Tapi jika ingin membawa pulang kami harus membayar sesuai dengan berat kilonya. Makanya kami diberikan satu kresek kantong plastik.

Ketika melakukan wisata ini, dalam benak saya tampilan perkebunannya seperti di mekar sari. Kebunnya membentang dengan luas. Tapi ternyata kebun yang kami dapatkan bentuknya seperti perkebunan teh yang berbentuk terasering. Ditambah lagi jalanan yang basah karena habis hujan membuat kami harus ektra berhati-hati saat naik turun di perkebunan karena aku sendiri telah menjadi korban karena terpleset di kebun ini.
Walaupun begitu kami menikamti apel sambil berfoto bersama. Bentuk-bentuk apel yang menggairahkan rupanya menggoda kami untuk tetap membawa mereka pulang di dalam kantong kresek yang kami pegang. Lucunya buah apel malang yang berwarna merah sangat masam tetapi buah apel hijau yang masih kecil justru rasanya manis.

Setelah puas menikmati apel di Selekta. Kami meneruskan perjalanan menuju wisata berikutnya di Kota Batu, yaitu Museum Angkut. Di lingkungan ini banyak sekali tempat wisata yang berdekatan. Sebelum tiba di Museum Angkut, kami berfoto terlebih dahulu di depan Museum Satwa. Kami tidak menjadikan Museum Satwa ke dalam destinasi kami karena katanya ini hanya seperti kebun binatang dan harga yang diberikan pihak travel cukup membuat biaya KKL kami menjadi lebih mahal. Tetapi pihak travel memberikan kami alternatif dengan bernarsis di depan Museum ini.
Tanpa waktu lama akhirnya kami tiba di Museum Angkut. Museum ini terhitung merupakan museum baru. Museum ini baru dibuka pada tanggal 9 Maret 2014 dan merupakan museum pertama di Asia Tenggara yang menggunakan tema Kendaraan dan memiliki luas sekitar 3,8 ha. Museum ini dibuka dari pukul 12 siang hingga pukul 8 malam. Jika kita ingin membawa Kamera berupa DSLR, Polaroid, atau Camdig, kita harus menambah biaya sebesar Rp 30.000/kamera.

Begitu memasukin museum ini kita akan disuguhkan dengan beraneka macam kendaraan dari berbagai negara dan dari berbagai zaman seperti kereta kuda hingga mobil modern, seperti Forsche. Mulanya saya pikir Museum Angkut sama seperti museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah, ternyata saya salah besar. Museum Angkut yang terdiri atas delapan zona yang akan membuat kita betah berlama-lama di sini dan membuat kita ingin terus menelusuri tempat yang keren ini.

Zona pertama yang kita masukin tadi adalah Hall Utama. Jika kita terus berjalan menapaki tangga atau menggunakan lift kita akan tiba di lantai dua, kita akan tiba di zona edukasi. Di zona ini kita akan mendapatkan banyak informasi seputar perkembangan kendaraan di Indonesia dan Negara lain.

Di zona ketiga membuat perjalanan kita semakin menarik karena kita disuguhkan dengan Zona Sunda Kelapa dan Batavia, yang menghidupkan suasana kota Jakarta tempo dulu. Suasana di Stasiun Kota, daerah pecinan, hingga pesisir kota Jakarta. Museum Angkut tetap menampilkan berbagai jenis kendaraan sesuai zamannya. Tema-tema yang disesuaikan dengan tempatnya membuat kita terkesima hingga lupa kalau sebenarnya ini dalah museum yang menampilkan berbagai jenis kendaraan.

Setelah meninggalkan Zona Sunda Kelapa dan Batavia, kita akan diajak ‘terbang’ menuju zona keempat, yaitu Zona Gangster Town dan Broadway. Suasana yang disuguhkan benar-benar membuat kita merasa bukan berada di Malang, tetapi berada di Amerika Serikat. Zona ini menunjukkan keadaan Gangster Town dan Broadway tahun 1970. Setiap kendaraan yang ditampilkan juga memiliki cerita yang disesuaikan dengan kejadian yang terjadi di masanya dan terdapat jenis kendaraan profesi seperti polisi, pemadam kebakaran, atau sebuah bioskop.

Setelah berkeliling Amerika, kita akan berjalan-jalan mengelilingi kota-kota besar di Eropa pada zona kelima. Di sini mereka menampilkan kendaraan-kendaraan dari kota-kota terkenal di Eropa seperti Italia, Inggris, Prancis, dan Jerman. Tidak lupa, mereka tetap membuat suasana di museum ini benar-benar seperti di Eropa dengan berbagai landmark terkenal di masing-masing kota. Seperti miniatur Menara Eiffel, Tembok Berlin, atau hanya berupa lukisa Menara Pisa.

Museum Angkut semakin membuat kita takjub begitu memasuki Zona  Buckingham Palace. Sebelum memasuki zona ini terdapat taman yang bisa kita jadikan tempat untuk beristiharat sambil tempat bernarsis dengan kamera kita. Seperti sedang menunggu Ratu Elizabeth dari luar. Tapi kita tidak perlu menunggu karena kita bisa masuk ke dalam ‘istana’ bahkan duduk dan berfoto bersebelahan dengan (Patung) Ratu Elizabeth. Terlepas dari keindahan desain tempat ini, banyak sekali kendaraan-kendaraan keren yang diproduksi Inggris, seperti Blackburn, Triumph, Matchless, Royal Enfield, Raligh, Fillir, Francis Barnett, Austin, Mini Cooper, Rolls Royce, und LandRover.

Zona berikutnya kita akan diantarkan menuju Zona Las Vegas dan terdapat patung Liberti di sini. Terakhir kita akan memasuki zona outdoor, yaitu Zona Hollywood.  Di sini banyak kendaraan yang terdapat di Film Hollywood, patung-patung aktor-aktor terkenal dan bahkan gambar tulisan Hollywood.

Setelah puas berkeliling negara di Museum Angkut, kita akan diantarkan kembali ke Indonesia menggunakan kereta dan tiba di Stasiun Jakarta. Koridor pintu keluar dibuat seakan kita sedang berada di kereta. Banyak gambar pemandangan kota jakarta yang dibuat seolah-olah bergerak.

Rasa puas memenuhi jiwa ketika mengunjungi Museum Angkut ini dan rasanya ingin bisa mengunjunginya lagi. Tapi perjalanan kami di kota Batu masih berlanjut.

Batu Night Spectacular (BNS) menjadi tujuan terakhir kami di hari kedua ini. BNS bisa dibilang seperti Pasar Malam atau mungkin Dufan berskala kecil. Banyak permainan di sini seperti Ontang-anting, permainan yang memacu adrenalin, sepeda udara, rumah hantu, bom bom car, bioskop 4D, dan lampion. 

Pihak travel hanya membelikan kami tiket masuk.  Untuk bisa menikmati permainan kami harus berbayar di setiap jenis permainan yang kami pilih. Harganya mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 30.000. Uangku pun habis di sini untuk menikmati berbagai wahana. Seperti ontang-anting, mega mix yang memutar-mutarkan badan kita, dan sepeda. Aku suka wahana ekstrim, karena rencana ke dufan kemarin sempat gagal, maka aku puas-puaskan di sini. Tetapi tetap saja aku sempat kagok dan panik ketika mengendarain Sepeda Udara. Beruntung ada temanku yang menemani, walalupun dia sempet ikut panik gara-gara aku.

Di dalam BNS juga terdapat semacam pasar yang menjual berbagai pernak-pernik khas Batu. Ada juga food court dan ada panggung yang biasa dijadikan untuk pagelaran seni untuk penggunjung yang makan di sana.

Berjalanan hari kedua pun berakhir setelah menikmati makan malam di Inggil Resto. Resto ini memberikan bernuasa Jawa khas. Ada gamelan dan pernak-pernik khas pewayangan. Kebetulan sekali ketika kami ke sini sedang ada acara kumpul dari komunitas Kecap Bango.

Selanjutnya kami meneruskan perjalanan menuju Probolinggo untuk bisa menikmati wisata Sunrise di Bromo.


Baca Juga:

0 komentar:

Posting Komentar