Hari kedua KKL, seusai santap sarapan di hotel, kami berangkat menuju
Selekta yang berada di kota Batu untuk berwisata petik Apel. Selekta adalah
Puncaknya Kota Malang. Sepanjang perjalanan kami melakukan guiding kembali,
namun dibuka terlebih dahulu oleh pihak travel.

Perkebunan wisata petik apel merupakan kerja sama dari para petani apel.
Jadi setiap musimnya selalu digilir di kebun siapa wisata petik apel akan
dilaksanakan. Biaya masuk kebun ini hanya sekitar Rp 10.000 dan kami bebas
memakan apel di dalam perkebunan sepuasnya. Tapi jika ingin membawa
pulang kami harus membayar sesuai dengan berat kilonya. Makanya kami diberikan
satu kresek kantong plastik.
Ketika melakukan wisata ini,
dalam benak saya tampilan perkebunannya seperti di mekar sari. Kebunnya
membentang dengan luas. Tapi ternyata kebun yang kami dapatkan bentuknya
seperti perkebunan teh yang berbentuk terasering. Ditambah lagi jalanan yang
basah karena habis hujan membuat kami harus ektra berhati-hati saat naik turun
di perkebunan karena aku sendiri telah menjadi korban karena terpleset di kebun
ini.


Walaupun begitu kami menikamti apel sambil berfoto bersama. Bentuk-bentuk
apel yang menggairahkan rupanya menggoda kami untuk tetap membawa mereka pulang
di dalam kantong kresek yang kami pegang. Lucunya buah apel malang yang
berwarna merah sangat masam tetapi buah apel hijau yang masih kecil justru
rasanya manis.
Setelah puas menikmati apel di Selekta. Kami meneruskan perjalanan menuju
wisata berikutnya di Kota Batu, yaitu Museum Angkut. Di lingkungan ini banyak
sekali tempat wisata yang berdekatan. Sebelum tiba di Museum Angkut, kami
berfoto terlebih dahulu di depan Museum Satwa. Kami tidak menjadikan Museum
Satwa ke dalam destinasi kami karena katanya ini hanya seperti kebun binatang
dan harga yang diberikan pihak travel cukup membuat biaya KKL kami menjadi
lebih mahal. Tetapi pihak travel memberikan kami alternatif dengan bernarsis di
depan Museum ini.
Tanpa waktu lama akhirnya kami tiba di Museum Angkut. Museum ini terhitung
merupakan museum baru. Museum ini baru dibuka pada tanggal 9 Maret 2014 dan
merupakan museum pertama di Asia Tenggara yang menggunakan tema Kendaraan dan
memiliki luas sekitar 3,8 ha. Museum ini dibuka dari pukul 12 siang hingga
pukul 8 malam. Jika kita ingin membawa Kamera berupa DSLR, Polaroid, atau
Camdig, kita harus menambah biaya sebesar Rp 30.000/kamera.
Begitu memasukin museum ini kita akan disuguhkan dengan beraneka macam
kendaraan dari berbagai negara dan dari berbagai zaman seperti kereta kuda
hingga mobil modern, seperti Forsche. Mulanya saya pikir Museum Angkut
sama seperti museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah, ternyata saya
salah besar. Museum Angkut yang terdiri atas delapan zona yang akan membuat
kita betah berlama-lama di sini dan membuat kita ingin terus menelusuri tempat
yang keren ini.
Zona pertama yang kita masukin
tadi adalah Hall Utama. Jika kita terus berjalan menapaki tangga atau
menggunakan lift kita akan tiba di lantai dua, kita akan tiba di zona edukasi.
Di zona ini kita akan mendapatkan banyak informasi seputar perkembangan
kendaraan di Indonesia dan Negara lain.
Di zona ketiga membuat perjalanan
kita semakin menarik karena kita disuguhkan dengan Zona Sunda Kelapa dan
Batavia, yang menghidupkan suasana
kota Jakarta tempo dulu. Suasana di Stasiun Kota, daerah pecinan, hingga
pesisir kota Jakarta. Museum Angkut tetap menampilkan berbagai jenis kendaraan
sesuai zamannya. Tema-tema yang disesuaikan dengan tempatnya membuat kita
terkesima hingga lupa kalau sebenarnya ini dalah museum yang menampilkan
berbagai jenis kendaraan.
Setelah berkeliling Amerika, kita akan berjalan-jalan mengelilingi
kota-kota besar di Eropa pada zona kelima. Di sini mereka menampilkan
kendaraan-kendaraan dari kota-kota terkenal di Eropa seperti Italia, Inggris,
Prancis, dan Jerman. Tidak lupa, mereka tetap membuat suasana di museum ini
benar-benar seperti di Eropa dengan berbagai landmark terkenal di masing-masing
kota. Seperti miniatur Menara Eiffel, Tembok Berlin, atau hanya berupa lukisa
Menara Pisa.

Zona berikutnya kita akan diantarkan menuju Zona Las Vegas dan terdapat
patung Liberti di sini. Terakhir kita akan memasuki zona outdoor, yaitu Zona
Hollywood. Di sini banyak kendaraan yang
terdapat di Film Hollywood, patung-patung aktor-aktor terkenal dan bahkan
gambar tulisan Hollywood.

Rasa puas memenuhi jiwa ketika mengunjungi Museum Angkut ini dan rasanya
ingin bisa mengunjunginya lagi. Tapi perjalanan kami di kota Batu masih
berlanjut.
Batu Night Spectacular (BNS) menjadi tujuan terakhir kami di hari kedua
ini. BNS bisa dibilang seperti Pasar Malam atau mungkin Dufan berskala kecil.
Banyak permainan di sini seperti Ontang-anting, permainan yang memacu
adrenalin, sepeda udara, rumah hantu, bom bom car, bioskop 4D, dan lampion.
Pihak travel hanya membelikan kami tiket masuk. Untuk bisa menikmati permainan kami harus
berbayar di setiap jenis permainan yang kami pilih. Harganya mulai dari Rp
15.000 hingga Rp 30.000. Uangku pun habis di sini untuk menikmati berbagai
wahana. Seperti ontang-anting, mega mix yang memutar-mutarkan badan kita, dan
sepeda. Aku suka wahana ekstrim, karena rencana ke dufan kemarin sempat gagal,
maka aku puas-puaskan di sini. Tetapi tetap saja aku sempat kagok dan panik
ketika mengendarain Sepeda Udara. Beruntung ada temanku yang menemani, walalupun
dia sempet ikut panik gara-gara aku.
Di dalam BNS juga terdapat semacam pasar yang menjual berbagai
pernak-pernik khas Batu. Ada juga food court dan ada panggung yang biasa
dijadikan untuk pagelaran seni untuk penggunjung yang makan di sana.
Berjalanan hari kedua pun berakhir setelah menikmati makan malam di Inggil
Resto. Resto ini memberikan bernuasa Jawa khas. Ada gamelan dan pernak-pernik
khas pewayangan. Kebetulan sekali ketika kami ke sini sedang ada acara kumpul
dari komunitas Kecap Bango.
Selanjutnya kami meneruskan perjalanan menuju Probolinggo untuk bisa
menikmati wisata Sunrise di Bromo.
Baca Juga:
0 komentar:
Posting Komentar